Showing posts with label Sosial Budaya. Show all posts
Showing posts with label Sosial Budaya. Show all posts

Wednesday, 9 November 2016

Jalan Tembusan (Jembatan ) : Desa Kembangan


Desa kembangan, desaku sayang. Secara geografis desa yang letaknya sangat strategis diantara tri pedusunan, desa yang memangku jalan raya pucuk-paciran, yaitu jalan penghubung antar kecamatan, selain itu diapit dua desa yang mana sebelah selatan desa siman dan sebelah utara desa karang.

Tiga desa ini punya jalinan persaudaraan yang sangat erat dan sudah diwariskan sejak zaman nenek moyang kita dahulu, baik dalam hal hubungan sosial budaya atau agama punya persamaan, meskipun dalam hal - hal kecil ada sedikit perbedaan.

Mungkin adat isitiadat budaya ini sudah wariasan dari yai shab, nyai bumi dan nyai dero tiga pepunden ini yg menjadi cerita melegenda di tri pedusunan yaitu kembangan (yai shab), siman (nyai bumi) , dan karang (nyai dero). Dan kebetulan tiga pepunden ini yg laki - laki hanya satu berada di desa kembangan yaitu yai shab.

Dalam cerita babad tanah jawa dikisahkan tiga desa ini memiliki pantangan yang mana orang - orang tua zaman dahulu tidak berani melanggarnya. Pantangannya yaitu tentang perjodohan / pernikahan, seperti ada semacam perjanjian yang tidak tertulis oleh orang tua zaman dahulu antara desa kembangan, siman, dan karang. Dan tiga pedusunan tersebut selalu mematuhi pantangan tersebut.

Dalam cerita yang dituturkan oleh para leluhur kita yang mana orang siman baik laki - laki maupun perempuan tidak boleh mengawini orang karang, begitu pula sebaliknya orang karang baik laki - laki maupun perempuan tidak boleh mengawini orang siman. Orang tua dulu punya alasan karena melangkahi satu desa yaitu desa kembangan dianggap kurang baik. Tapi disisi lain desa kembangan memiliki keistimewaan dalam kasus tersebut yaitu bebas perjodohan dengan orang siman atau orang karang.

Cerita tersebut orang tua zaman dahulu boleh percaya boleh tidak, setelah berjalan berpuluh - puluh tahun bahkan berabad - abad, sedikit demi sedikit kepercayaan itu luntur dengan sendirinya, akhirnya orang siman atau orang karang yang mau berjodohan punya cara untuk menyiasati larangan tentang perjodohan itu. Agar tidak melangkahi desa kembangan, dengan cara membuat jalan tembus atau jalan pintas sebagai penghubung. 


Cerita ini sebenarnya tidak banyak orang yang tau, karena semua hal - hal yang berbau tahayul atau adat budaya jawa asli tergerus atau tergusur oleh pengaruh agama islam, dengan sendirinya lambat laun anak cucu kita sebagai generasi penerus tidak tahu bahkan tidak mengenal sejarah atau riwayat desanya.

Melalui tulisan ini paklik prasojo kaniraras hanya ingin sedikit mengingat begitu banyaknya cerita tentang desa yang belum kita ketahui. Jalan tembus yang dibagun atau dirintis oleh para leluhur zaman dahulu sebagai penghubung sampai sekarang masih membekas dan bahkan masih bisa dirasakan dan tetap lestari.

Salah satu contoh jalan tembus yang ada di desa karang yaitu dari belakang rumah wak bamban menuju selatan melalui persawahan yang ada disebelah utara desa kembangan tembus belakang rumahnya mbah mustajim (kakeknya cak yunus) atau belakang rumah mbak maya ( makin ) lalu melalui gang depan rumah mbah legiyah ke selatan tembus belakang rumah bapak prayitno yang mana jalan tembus itu menyebrangi sungai maka zaman dulu sebagai sarana jembatan hanya dibuat dari bambu (uwot).

Pada tahun 80an jalan tembus ke desa siman yang ada di belakang rumah bapak prayitno dialihkan atas usul alm bapak tajap RT 2 (bapak nya ust mujiono) akhirnya dibagunlah jembatan / uwot terpanjang di kembangan pada waktu itu yang berada di belakang rumah bapak sajid (bapaknya  bapak anas rodli) panjang jembatan yang berbahan dari bambu itu  kurang lebih 80m. Perlu diketahui jembatan yang panjang itu diselimuti oleh rimbunnya bambu membuat keadaan agak horor dan setiap langkah harus ekstra hati - hati karena jembatan hanya sebatang sampai dua batang bambu yang di fungsikan sebagai jembatan. Dan ketika musim kemarau jembatan atau uwot  itu tidak banyak yang melewati karena kebanyakan orang ke pasar siman memilih jalan darat.

 
Dari kebiasaan jalan darat ketika musim kemarau itu maka pada era 90an jalan tembus dialihkan lagi, yang sampai sekarang berada di belakang rumah bapak mundofar (bapaknya aan) RT 3, menuju siman melalui depan rumah bapak mustaji (mbah rokani alm) dan dibangunlah jembatan sederhana. Berbeda dengan jembatan yang sebelumnya di RT 2, jembatan di RT 3 ini sudah didesain praktis dan lebih nyaman, disamping itu panorama disekitarnya sangat indah ketika bengok - bengok (enceng gondok) tumbuh dan berkembang memenuhi dataran kali mbanggi dan sekitarnya.

Jalan alternatif kedua yang bisa menuju desa siman yaitu makam keramat siman dari belakang rumah bapak maskuri (dongkol) melalui samping makam yai shab, tapi sayang jalan ini sekarang sudah terputus karena tidak adanya sarana jembatan sejak ada program pembegoan kali sebelah selatan proyek tapal batas.

Dengan adanya jalan tembus ini jalinan persaudaraan warga antara desa siman, kembangan, dan karang terasa lebih erat.

Kembali pada cerita mitos tentang perjodohan antara tri pedusunan boleh percaya boleh tidak, kenyataannya memang demikian. Jarang sekali ada orang siman yang menikah dengan orang karang atau sebaliknya, tapi disisi lain orang kembangan banyak yang menikah atau mendapat jodoh dari siman atau karang.

Dari cerita jalan tembus ini harapan kedepannya, paklik prasojo kaniraras agar pemerintah desa mau mengupayakan akses jalan tembus terutama ke desa siman ini bisa difasilitasi secara resmi, karena jalan tembus yang ada selama ini masih melintasi atau melewati pekarangan milik pribadi yaitu pekarangan atau tanah milik bapak mundofar.

Demikian cerita atau sejarah jalan tembus yang pada awalnya berbau mitos atau istilah yang lain. Yang jelas dari segi sosial budaya banyak bermanfaat dan semoga jalan tembus ini tetap lestari. Diakhir tulisan apabila banyak salah - salah kata paklik prasojo kaniraras  mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Dirilis  : Oleh Admin Cangkru'e Desa Kembangan
Penulis : Pak lek Prasojo Kaniraras
Sumber : Pak lek Prasojo Kaniraras dan Pakdhe Guno

Thursday, 27 October 2016

Nasib Kuba Masjid Desa Kembangan



Desa Kembangan yang aku cintai dan sayangi. Memang sejauh ini secara kasat mata terlihat indah , damai, dan aman, namun dibalik itu semua tersimpan banyak hal didalamnya, seperti yang satu ini sekarang menjadi trending topik di bulan oktober yaitu perihal kuba masjid Roudlotul Fallah yang mana hampir semua warga membicarakan hal tersebut. Pada akhirnya membentuk berbagai opini publik, seperti banyak orang bilang proyek yang pengerjaanya amburadul, kesalahan pemilihan vendor atau pemborong dan lain- lain.

Masih ingatkah kita proyek kuba dimulai pada bulan oktober 2015 yang pernah diperkirakan akan rampung tiga bulan sampai empat bulan berikutnya, estimasi penggarapan yang tertulis dalam kontrak dengan pemborong yang bernama saudara  yanto berasal dari kota Sidoharjo. Tidak disangka sekarang sudah oktober 2016 dan belum rampung juga.

Dalam hati paklik prasojo kaniraras bertanya - tanya dan menyimpulkan berarti proyek tersebut sudah satu tahun lamanya, melihat kejadian seperti itu pakde guno dan paklik prasojo kaniraras turut prihatin. Sebelumnya penulis memohon maaf apabila dalam tulisan ada pihak - pihak yang tersinggung , sekalilagi mohon maaf penulis tidak bermaksud mendiskriditkan pihak manapun yang dalam bahasa kiyai adalah suudzon. Pada tulisan, penulis hanya ingin mengajak pada semua pihak untuk intropeksi diri.

Dan penulis mengajak, marilah kita menengok kebelakang perjalanan awal pembangunan masjid yang berkuba raksasa itu. Program penggalangan dana diawali pada tahun 2000 kala itu kepala desa masih dijabatoleh bapak maskuri , serta pada saat itu segenap warga turut ambil bagian dalam pengumpulan dana.

Dari pihak kota atau disebut warga rantau bersediah menyisihkan dana minimal 1 porsi antara harga Rp 2.000 sampai dengan Rp. 2.500. Namun dalam perjalanan cara penggalangan dana mengalami kemacetan pada awal 2002. Dan masih untung ada orang - orang yang peduli . Kami yang berada didesa bisa tersenyum kembali ketika mendengar adanya inisiatif untuk menggugah kembali penggalangan dana yang di komandani oleh Bapak Tarlan dan Almarhum Bapak Karmo pada saat itu menjadi wakil dari rantau jogja, Beliau menggugah penggalangan dengan cara mendatangi kota - kota lain untuk diajak bermusyawarah, alhamdulillah lobi - lobi dengan pihak kota lain berhasil dan penggalangan dana kembali dilakukan.

Awal dibentuknya panitia pembangunan masjid di isi oleh generasi muda dan generasi tua, setelah panitia terbentuk tahun 2002 terjadi pro dan kontra dikalangan masyarakat mengenai komponen panitia, banyak protes sana - sini sehingga selang beberapa waktu semua anggota panitia mendapat surat kalengyang intinya panitia harus dirombak dan akhirnya bapak kepala desa maskuri senagai pelindung menyarankan untuk merompak personil panitia. Dan yang menjadi pertanyaan sampai sekarang adalah siapa pengiring surat kaleng tersebut belum terkuak.

Sebenarnya penulis tidak mengetahui tentang seluk beluk kepanitiaan karena itu semua wewenang takmir masjid, tapi dari sisi sosial budaya paklik prasojo kaniraras ingin memberi sedikit saran dan kritik demi kebaikan bersama karena ini menyangkut khalayak umum. Apabila mau mengingat kembali masa lampau sebenarnya banyak hal yang kurang berkenan di benak masyarakat contoh seperti dulu ketika awal akan dilaksanakan pembangunan masjid warga diminta kerja bakti memecah batu bongkahan besar menjadi batu cor, dan pada akhirnya batu cor yang hasil pecahan dan terletak pada sebelah barat masjid tidak digunakan alias tidak terpakai.

Setelah masjid hampir selesai muncul kembali persoalan baru tentang proyek kaca, yang mana awalnya proyek kaca ini di tangani oleh pemborong dari lokal yaitu warga desa kembangan sendiri yang sudah berpengalaman disurabaya. Pemborong yang berasal dari RT 6 itu pada mulanya ingin memilih bahan yang bagus demi untuk masjidnya sendiri. Dalam pengerjaannya terkesan lambat dimata panitia dan mengakibatkan salah paham, kemudian panitia menerima tawaran dari pemborong proyek kaca yang lain.

Selanjutnya proyek pagar stainless, proyek ini tidak banyak orang tahu tetapi namanya orang banyak tidak terhindar dari pro dan kontra namun proyek ini terbilang sukses warga pun akhirnya diam. Kemudian proyek pengecetan ulang seluruh dinding masjid termasuk kuba masjid, proyek yang menelan anggaran 67 juta itu hanya bertahan satu tahun , cat perlahan ngelotok disana sini. Di sinyalir cat yang kurang berkualitas . Pada akhirnya masyarakatpun protes namun tidak ada respon dari panitia.

Dan sampailah pada proyek yang penganggarannya sampai 200 juta ini menjadi proyek yang paling populer dan membuat pusing panitia, ditambah lagi warga seprti bersungut (bertanduk). Menurut pengamatan paklik prasojo kaniraras, memang kuba masjid desa kembangan ini kuba yang paling besar dikabupaten lamongan, di balik itu menyimpan persoalan yang besar pula.

Sekali lagi paklik prasojo sangat prihatin dengan masalah yang dihadapi panitia, namun disisi lain penulis masih punya rasa bangga terhadap para jamaah yang tidak terpengaruh, bahkan muadzin bapak rasemat mengumandangkan adzannya semakin meliyuk-liyuk mendayu-dayu untuk memanggil jamaah sholat fardlu.

Dilain sisi penulis terkadang merasa malu manakala mendengar celotehan orang yang melintas di jalan utama desa kembangan ketika melihat kuba " Iki kuba opo kurungan pitik jago ". Dan juga dari tetangga desa terutama dari desa karang dan siman " Opoan wong kembangan umek masalah kuba ora mari - mari ".

Diakhir kata penulis ingin membantu doa semoga panitia cepat menemukan solusi terbaik untuk keluar dari masalah yang selama ini menjadi PR warga kembangan. Masalah insyaAllah ada solusinya , utamakan bermusyawarah dari pada suudzon sana sini. Sekian kami akhiri tulisan ini dan apabila dalam tulisan banyak salah dan kurang berkenan di benak pihak manapun penulis mohon maaf sebesar - besarnya, dan sekali lagi penulis tidak punya tendensi apapun kecuali demi kebaikan bersama terutama untuk masjid.

Penulis : Paklik prasojo kaniraras

Tuesday, 16 August 2016

Acara Tumpengan dan pembacaan pemenang lomba bergengsi : Peringatan HUT RI Ke 71


MERDEKA !!! Seperti biasa memasuki bulan Agustus semangat membara dalam dada setiap warga Indonesia seakan memuncak dan menunjukkan jiwa patriotismenya. Dan Pada tanggal 17 Agustus 2016 besok menjadi hari yang penuh arti, kenangan, renungan, penghayatan, pengorbanan, penghargaan dan tentunya hari peringatan kemerdekaan RI ke 71.



Banyak sekali cara untuk memperingati hari kemerdekaan, dari penyimbolan perjuangan dengan berbagai lomba - lomba, pemasangan bendera dengan tinggi satu tiang penuh, menghias lingkungan dan lain - lain. Pada Hari senin malam Rabu, tanggal 16 Agustus 2016, Kali ini desa kembangan kembali menggelar acara tumpengan untuk memperingati hari kemerdekaan RI ke 71.

Acara tumpengan yang di gelar sepanjang jalan protokol desa kembangan ini sedikit ada perbedaan dengan acara tumpengan tahun 2015 atau pun 2014. Karena didalam kemasannya memasukkan berbagai acara.


Dari pembawa acara Bapak Maszudi pembukaan , dan pembacaan tahlil yang dipimpin Moden Baidlowi yang begitu hikmat menambah nuansa kemerdekaan yang hakiki. Keadaan merdeka dan menjadi leluasa menjalankan syariat Islam secara tenang tanpa ada perasaan was - was adanya peluru nyasar.

Sambutan kepala desa menjadi acara berikutnya, beliau berbicara tentang perkembangan desa dan  mengapresiasi segenap warga yang berpartisipasi dalam acara peringatan HUT RI dengan menunjukkan kreasi - kreasi yang patut di acungi jempol. " Alhamdulillah kesadaran masyarakat sudah sangat besar untuk meramaikan kegiatan HUT RI, dengan banyak kreasi setiap lingkungan hal semacam ini kalo bisa selalu ditingkatkan ". Ungkapan beliau saat wawan cara Eksklusif.


Bapak Maskuri selaku ketua BPD menjadi pemberi sambutan kedua, beliau memberi gambaran tentang semangat kemerdekaan. Dan sedikit membicarakan yang beliau tahu setelah kemerdekaan, masa muda beliau yang kita tau sebagai patriot yang pantang menyerah dalam memperjuangkan kaum muda di desa kembangan.
 
Dan inilah yang menjadi pembeda acara tumpengan tahun 2016 dengan tahun - tahun sebelumnya, Acara pengumuman lomba - lomba yang sangat bergengsi dan begitu meria. Lomba - lomba yang dimaksud bisa dirincikan sebagai berikut :


Lomba hias lingkungan yang menduduki peringkat pertama adalah lingkungan warga RT 4 , kemudian di susul Lingkungan RT 3 dan otomatis menjadi juara dua.



Selanjutnya lomba Hias tumpeng yang dimenangkan oleh RT 4 dan RT 3 menjadi juara kedua.


Seperti kita ketahui rumah yang sangat rimbun yang terlihat alami menghiasi pelataran rumah tentunya menjadi sangat wajar jika menjadi juara. Lomba hias rumah dimenangkan oleh rumah bapak sunaji.



Terakhir sedikit sambutan oleh bapak H. Mansur sekaligus menjadi penutup serta do'a. Dan yang tidak lupa dilanjut makan tumpeng bersama dipenghujung acara.


Sekian sekilas info Cangkru'e Desa Kembangan , semoga acara yang berjalan dengan lancar itu menjadi momentum yang sangat gebyar gemebyar menumbuhkan rasa semangat kemerdekaan serta rasa memiliki kemerdekaan RI. Juga sambutan - sambutan yang di berikan bisa menjadi motivasi bagi pendengarnya dalam berjuang hidup di era moderen seperti ini. Amiin.

Sumber : Pak kades Mas huda & Aan RT 3

Saturday, 13 August 2016

RENCANA PEMBANGUNAN YAYASAN YATIM PIATU DI DESA KEMBANGAN


Seiring dengan perkembangan zaman , khusunya didesa kita tercinta yaitu desa kembangan, yang mana dibalik rumah - rumah yang megah, jalanan yang kokoh, perekonomian yang berkembang begitu pesat dari perdagangan, pertambakan, pertanian dan lain - lain. Dibalik itu semua ada harapan anak - anak yatim piatu desa kembangan.

Mungkin sekilas kita tidak melihat adanya anak yatim piatu didesa kembangan karena didepan mata kita sudah terlena atau terhalang dengan perkembangan zaman didesa kembangan. Tetapi yakin sekali dibalik kebutaan kita terhadap anak yatim / piatu masih ada orang - orang yang memperhatikan anak - anak yatim dan piatu tersebut.

Terbukti sebagian warga desa kembangan dikejutkannya dengan berdirinya papan pemberitahuan yang berdiri tegak di tengah tanah kosong sebelah timur rumah Almarhum bapak Nadik yang bertuliskan " MOHON DO'A RESTU , InsyaAllah disini akan didirikan yayasan ". Tentunya beberapa orang bertanya siapakah yang berencana mendirikan  Yayasan tersebut ?!. Yang memiliki pemikiran atau gagasan yang mulia itu adalah Bapak Sri Aji warga RT 4. Kemudian Yayasan tersebut rencananya akan diberinama Nur Iman sesuai nama anak beliau yang kedua Muhammad Nur Iman.

Dan sepertinya menunjuk dan mempercayakan pengelolaan atau sebagai kebendaharaan yayasan adalah Ustadz Samsudin RT 3, karena sebenarnya beberapa waktu yang lalu kegiatan santunan anak yatim piatu tersebut sudah berjalan dengan terprogram, yang diselenggarakan di musollah RT 3.

Tentunya pendirian yayasan tersebut ada tujuan dan harapan , selain otomatis menjalankan sunnah Nabi Muhammad SAW dalam hal menyantuni anak yatim. Pendiri berharap adanya wadah tersebut menjadi manfaat, semisal sebagai pengembangan karakter yatim / piatu , penyedia apa yang dibutuhkan yatim piatu , serta yang paling penting menumbuhkan rasa diperhatikannya bagi yatim piatu.

Semoga pemikiran dan rencana yang baik tersebut dapat berjalan dengan lancar tanpa ada suatu halangan apapun. Mungkin kita semua memiliki pemikiran yang sama dan ingin mempercepat realisasi pembangunan yayasan tersebut, dengan berlomba - lomba berpartisipasi baik dari segi tenaga, dana atau doa.

Sekian sekilas info Cangkru'e Desa Kembangan semoga bermanfaat, Amiin

Tuesday, 28 June 2016

Selamat Datang Warga Perantauan Mudik Romadlon 1437 H _ 2016


Berawal dari tanggal 6 juni 2016 yang kita tahu bahwa tanggal tersebut menjadi awal dari romadlon di tahun 2016. Penetapan awal Romadlon diambil dalam sidang Isbat di Kementerian Agama . Ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, juga sepakat bahwa 1 Ramadan 1437 H jatuh pada hari Senin itu.

Perasaan bahagia menyelimuti wajah umat muslim seluruh dunia, karena telah datang bulan yang penuh rahmat, di dalamnya terdapat malam lailatul Qodar , malam bagai seribu bulan yang pada jumat ke 3 pada bulan romadlon 2015 tahun lalu pernah di kemas oleh ustadz Yusron Hasan Bin H. Ah. Mansyur dalam artikel yang berjudul Misteri Lailatul Qodar  .

Waktu terus berlalu terasa begitu cepat bagai yang di tandakan datangnya hari kiamat, setahun terasa sebulan, sebulan berasa seminggu dan seminggu bagai sehari, sehari bagai satu jam dan seterusnya. Begitu juga dengan Romadlon kali ini tak terasa kita hampir menemui ujung romadlon 2016. Begetar hati memecah menjadi dua sisi bagi yang merasakan, begitu kecewa akan ditinggalkan Romadlon yang penuh berkah dan disisi lain bahagia akan segera berkumpul bersama keluarga besar tercinta dalam balutan suasana Romadlon dan idul fitri.

Bulan yang dimana banyak orang berlomba - lomba mencari amal, berbagai amalan kebaikan dilancarkan disana. Desa kembangan sendiri di bulan Romadlon tahun ini juga turut berbagi kepada warga yang kurang mampu, terdapat dana sosila dari program PNPM PM yang disalurkan kepada 10 warga desa kembangan yang menjadi sasaran.


Dan acara yang tidak pernah ketinggalan adalah malam likuran dan nuzulul qur'an yang digelar dimusholah - musholah, kali ini 27 Juni 2016, musholah AN NUR yang berada di RT 1 , mengadakan kegiatan serupa seperti tahun - tahun yang lalu. Acara dimulai dari penyembelihan beberapa ekor kambing di siang harinya yang direncanakan untuk jamuan di malam acara.



Acara begitu lancar tanpa halangan sedikitpun, dan terlihat jamaah yang ikhlas dan istiqomah selalu menghadiri acara tersebut dari tahun ketahun , dengan berharap berkah ketika hadir serta berkumpul dimajlis ta'lim tempat berkumpulnya orang - orang sholeh.

Tentunya tidak hanya sampai disitu saja kegiatan warga desa kembangan  , masih banyak kegiatan yang menanti didepan sana , dari liga lebaran sampa mancing mania di telaga etan setelah hari kemenangan idul fitri . Kegiatan yang disuguhkan untuk merilekskan diri warga rantau yang selama ini merasa penat ditanah rantau atau kota - kota besar. Bila kita melihat kilas balik ditahun 2015 banyak sekali kegiatan yang terchek list dan berjalan secara lancar.


Untuk itu warga desa kembangan yang bermukim dikampung tidak hanya berpangku tangan demi menyambut keluarganya yang berada di tanah rantau ketika pulang kekampung halaman . Mereka menyusun rencana yang matang untuk menyiasati setiap kegiatan yang akan dilalukan bersama - sama warga rantau. Bahkan untuk menyambut para rantau warga mukim desa kembangan memasang spanduk yang bertuliskan " Selamat Datang Warga Perantauan ", tulisan yang membentang di jalan utama desa kembangan , yang dipasang oleh Abdul ghofar dan M. Mukhsin itu seakan begitu sangat menyambut warga rantau.

 
Lagi - lagi melalui tangan M. Mukhsin warga RT 3,  memberi kemeriahan di Romadlhon 2016 ini dengan memberi sentuhan seni ornamen - ornamen serta lampion kecil disepanjang jalan perbatasan RT 3 - RT 4. Begitu indah dan sangat membanggakan.

" Saya bangga menjadi warga desa kembangan, Karena didesa tetangga belum tentu ada sambutan yang seperti itu untuk warga rantau, Bahkan ada yang iri dengan keguyupan warga desa kembangan " Ungkap Saudara Wandi saat nggledek banyu.

Begitulah suasana penyambutan romadlon kali ini, dan masih banyak kegiatan yang menanti di depan sana, semoga selalu menjadi warga yang guyup memperkuat silaturahminya. Kekompakan warga dan perangkat desa menjadi lancarnya setiap kegiatan. Majunya desa tidak hanya pembangunan fisiknya saja tetapi mempertahankan kerukunan dan kepedulian sesama warga adalah salah satu pondasi utama untuk menjadi desa yang maju.

Sekian dari admin desa kembangan , salam guyup dalam cerita segala rasa desa kembanagan.

Penulis : Admine Dewe

Tuesday, 14 June 2016

Kenagan Bulan Romadlhon Jaman Dulu Bersama Paklik Prasojo Kaniraras


Setelah Absen beberapa bulan kini paklik Prasojo Kaniraras hadir kembali di Cangkru'e Desa Kembangan (CDK). Dengan kemasan seperti biasa tentang sosial budaya desa kembangan.


Suasana alam desaku yang sejuk dan damai seakan menggugah kenangan akan masa lalu yang lama telah aku tinggalkan, ketika aku pulang ke kampung halaman ada yang samgat terkesan dan masih melekat dalam ingatanku, yaitu ketika hari akan memasuki bulan puasa, waktu ba’da ashar begitu ramai di area pemakaman, orang tua menyebutnya dengan istilah megengan, seluruh warga desa kembangan beramai –ramai untuk berziarah kubur. Dan akupun turut berbaur dalam suasana ramainya area makam desa kembangan karena kedua orang tuaku terbaring disana , aku ingin tetap berbakti kepada kedua orang tuaku walaupun aku tidak begitu sholeh namun setidaknya aku bisa mendoakan kedua orang tuaku dan para kakek nenekku.

Namun ada yang berbeda dengan tradisi ziarah kubur di hari megengan antara zaman dahulu dengan zaman sekaarang. Dahulu ketika, orang beramai – ramai ziarah kubur selalu disibukkan dengan atribut peralatan seperti arit (Sabit) dan cangkul karena zaman dulu dierah 70-an hingga 80-an area makam desa kembangan penuh rumput dan ilalang yang sangat rimbun sehingga kita mau mencari batu nisan Ahli kubur harus membersihkan ilalang yang menghalang pandang tersebut. Sehingga waktu ziarah hanya dihabiskan untuk membersihkan area kuburan dan menjadikan waktu berdoa sangat sebentar sekali.

Tetapi ketika memasuki pemerintahan bapak Maskuri, beliau memiliki kebijakan bahwa setiap tiga bulan sekali diadakan kerja bakti untuk membersihkan area makam. setelah itu makam terlihat bersih dari rerumputan dan memudahkan peziarah menemukan makam kerabatnya. Dan Insya Allah kebijakan tersebut masih dipertahankan hingga saat ini.

Seperti yang terlihat di tradisi megengan tahun ini, para ziarah kubur tidak ada satupun membawa alat sabit dan cangkul karena area makam sudah sangat terlihat bersih, namun ada pemandangan yang berbeda lagi dengan zaman dahulu, kini para peziarah berebut mengambil buku surat yasin dan tahlil digarasi penduso. Suasana kuburan menjadi hening dan semua menghadap ketimur dia atas makamnya leluhur masing masing.

Dari semua itu terdapat perbedaan yang sangat mencolok ziarah kubur ditahun 70-an dan 80-an dibanding dengan era sekarang yaitu para wanita yang ikut ziarah kubur pada zaman dulu terlihat tabu untuk berziarah. Namun sekarang menjadi trend meskipun terkadang hanya untuk shelfi diatas batu nisan. Itulah sedikit gambaran rangkaian memasuki bulan puasa.

Memasukin bulan puasa hari pertama paklik prasojo sempat ikut sholat terawih dimasjid Raudlotulfallah, suasana semarak untuk beribadah dibulan romadlon diawali sholat terawih dimasjid yang mega, sungguh sangat meriah sehingga paklik prasojo sangat terkenang akan masa yang lalu, ketika paklik prasojo masih berusia remaja langgar - langgar sangat ramai yang dapat dipastikan disekitar langgar langgar itu pasti banyak menjual jajanan, Langgar yang paling favorit adalah langgar RT 2, ketika itu yang menjadi imam bapak haji Muktar karena memiliki suara yang khas serta sholat terawihnya sedikit lebih cepat selesai dari pada sholat terawih dimasjid. Dan ketika itu satu - satunya langgar yang mempunyai jama'ah pria dan wanita. Para pemuda dan remaja bisa sambil lirak - lirik gadis pujaannya. Dan yang menjadi kesukaan paklik prasojo saat itu adalah mendengarkan dongeng setelah sholat terawih yang dibacakan oleh bapak haji muktar.

Namun suasana kini agak berubah , suara irama pujian khas sholat terawih tidak terdengar seperti zaman dulu, dimasjid dilanggar semua kompak dengan pujian khas tombo ati-nya. Kini dimasjid pujiannya pun diganti oleh Bapak rasemat dengan pujian yang berbeda. Orang yang berjualan jajanan juga berbeda tidak sebanyak jaman dulu. Puasa tahun ini yang jualan disekitar langgar RT 2 adalah anaknya ibu maroh. dan yang berjualan di RT 6 dimeriakan dengan Es jus didepan rumah wak Huri yang menggunakan tenda moderen satu gelas 8.000 Rupiah, Penjualnya adalah keponakan bapak huri.

Kekompakan dan semangat beribadah warga desa kembangan dari zaman dulu hingga jaman sekarang paklik prasojo mengakui tidak ada perbedaan hanya saja jaman dulu masjid masih begitu sempit sehingga ketika sholat terawih berdesak - desakan. sekarang masjid lebih lebar - lebih besar dan warga desa kembangan banyak yang merantau ditambah lagi warga yang banyak meninggal sehingga masjid pun kini terasa lega dan lenggang, tetapi biasanya akan terisi penuh diakhir romadhon karena sudah banyak warga yang datang dari rantau. Dan barulah semenjak tahun 90-an ibu - ibu bisa ikut berjama'ah sholat terawih di masjid yang sebelumnya para ibu - ibu teraweh dilanggar - langgar yang ada.

Suasana tergambar sangat meriah seusai melaksanakan sholat terawih , Telinga kita dimanjakan dengan adanya tadarusan Al-quran yang tartil menentramkan jiwa. Tadarus Al-quran ditahun 70-an dan 80-an. yang paling populer dan yang paling aktif adalah bapak H. Mansur, Bpk H. Muktar, Almarhum Bapak H. Umar, Bapak H. Mas Said, Bapak H. Zaini, Almarhum Bapak H.Sholeh (carik) , Bapak Tarlan, Almarhum Bapak Pandi, Bapak Abdu Samat, Almarhum Bapak Tarno, Bapak Maruji, Bapak H. Kasimun, dan Almarhum Bapak H. Jamal. Serta masih banyak yang lain.

Ketika menjelang waktu sahur masjid pun ramai kembali diramaikan oleh suara - suara tarhim yang mendayu merdu, Zaman dulu yang paling aktif membaca tarhim adalah bapak Tarlan , Bapak Maruji, Almarhum Bapak H.Sholeh (carik), Bapak Abdu Samat. Dari semua petarhim yang paling khas adalah suara tarhimnya bapak tarlan. Namun kini bapak tarlan hijrah kekota bandung. Dan ditahun 2000-an Tarhim dilantunkan oleh Almarhum Bapak H. Muntalib RT 2 (H. Ali) membangunkan warga menggunakan bahasa yang khas dengan ucapan " Jam telu kurang sak itik " Itulah suara kenang - kenangan Almarhum Bapak H. Muntalib.

Masih ditahun 80-an, Berbarengan dengan tarhim ada sekelompok remaja yang digawangi oleh Bapak kastar, Bpk Jumain, Bpk Maslikan , dan Bapak Roni membawa grup band andalannya yaitu "mbegidak masa", dan berkeliling kampung dengan tujuan ramai dan merianya alunan musik gendre melayu, membangunkan warga untuk sahur.

Namun kini semua tinggal kenangan dan diteruskan oleh Bapak Rasemat . Dengan majunya Zaman tarhim seakan - akan tidak diperlukan lagi karena setiap orang sudah dibangunkan oleh Alarem Hp masing - masing. dan semua rumah sudah memiliki jam dinding. Tahukah anda Orang kembangan yang pertama kali memiliki jam dinding ditahun 1970-an adalah Bapak Manan ayahnya Bapak H. Habib RT 6, Wak Rohmat yang didapatkan oleh mantunya yaitu Bapak Esnan dari Jakarta RT 2. Kemudian Jam yang berada di Masjid, dan jam dinding di mbale gedhe rumah Almarhum bapak petinggi Maskun.

Untuk romadlon siang hari aktivitas masih seperti biasa, anak - anak kecil lebih aktif dikali karena dengan alasan lebih adem. Sedangkan tahun ini 1437 H. Diwaktu siang warga desa kembangan menjalani ibadah puasa dengan santai karena pekerjaan sawah sebagai petani sudah rampung ditanam tinggal menunggu panen beberapa bulan lagi.

Menjelang berbuka puasa suasana romadlon kembali pecah meresap ke jiwa , Alunan doa Romadlon yang dilantunkan dengan nada yang khas, suara serak basah saudara Abdurkim alias cak dol RT 3, memberi sentuhan yang sangat mendalam, cak dol tidak sendiri dalam aksinya membius suasana biasanya kakak beliau yang bernama Muslimin atau cak min RT 3 turut andil, serta terkadang bapak mashuda waktu muda ikut meramaikan.

Doanya kurang lebih sebagai berikut :


أشْهَدُ أنْ لاَإلَهَ إلاَّ اللهُ أسْتَغْفِرُ اللهُ أسْألُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ
Asyhadu allaa ilaaha illallah, astaghfirullah, as aluka ridlaaka wal jannah, wa na’uudzubika minannaar. .

Allahumma sallimna li Ramadhana Wa sallim Ramadhana lana waj’alhu minna mutaqabbalan

Ya ALLAH selamatkan kami untuk menyambut bulan Ramadhan dan jadikanlah Ramadhan indah buat kami, dan jadikanlah setiap amal yang kami lakukan sebagai ibadah yang diterima disisiMu
 
Saya bersaksi tidak ada Tuhan Selain Allah, Saya mohon ampun kepada Allah, Saya mohon Ridha-Mu, Surga­Mu dan selamatkanlah saya dari neraka.” Mu dan selamatkanlah saya dari neraka.

اَللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فاَعْفُ عَنَّا
Allahumma innaka ‘afuwun kariim, tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annaa
Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Dzat Maha Pengampun lagi Maha Pemurah, senang pada ampunan, maka ampunilah kami, wahai Dzat yang Maha Pemurah. (HR Tirmidzi)


Setelah buka puasa tiba, keindahan kembali muncu di masjid dan di langgar - langgar, keramaian, kebersamaan terbentuk, ketika itu berebut jaminan (ta'jil) meski hanya seperti katol dan bolet. Sungguh sangat indah waktu itu.

Demikianlah sedikit kenangan Paklik prasojo Kaniraras ketika bulan romadlhon dimasa lampau. Jika ada salah kata mohon maaf sebesar - besarnya.

Dirilis    : Admin Desa Kembangan
Penulis  : Paklik prasojo kaniraras
Sumber : Paklik prasojo kaniraras

Wednesday, 23 September 2015

Merefleksikan Teologi Kurban


Mendekati hari raya idul adha 1436 H semua umat islam di seantero indonesia sudah seharusnya merefleksikan secara kritis filosofi apa sesungguhnya makna dibalik ibadah kurban bagi umat muslim, sebab apa, jika kita merayakan sebuah ritual hari besar keagamaan tanpa memahami esensi nya secara genius, alhasil apa yang kita lakukan degan memberikan hewan kurban untuk disembelih adalah sia-sia belaka.

Secara teologis kurban merupakan wujud kepasrahan total seorang hamba pada sang pencipta alam semesta ini. Dengan tujuan untuk membersihkan eksistensi dirinya dari berbagai nafsu kebinatangan dan keserakahan terhadap unsur duniawi, karena itu ibadah ini diimplementasikan dalam bentuk penyembelihan hewan. 

Kurban pada hakikatnya sudah menjadi syariat islam, setiap umat islam disunnahkan melakukan ibadah kurban bagi yang mampu dan memiliki kelebihan harta kekayaan. Sementara itu, kurban telah menjadi syariat Allah SWT, Yang dibawa nabi Ibrahim sehingga fenomena itu lalu dilestarikan oleh nabi Muhammad SAW atas dasar legitimasi dan perintah Allah SWT dalam Al qur'an surat Al kautsar (108.2) telah dijelaskan "maka dirikanlah shalat karena tuhanmu dan berkurbanlah".

Makna inti tujuan dari kurban itu sendiri adalah mencari ridho allah dan sebagai lambang wujud rasa syukur kita kepada Allah dengan cara berbagi sesama manusia. Sesungguhnya yang diterima dari perjuangan berkurban adalah keikhlasan hati untuk berbuat amal kebaikan yang dijawantahkan melalui simbol - simbol penyembelihan hewan. 

Secara ontologi kurban sendiri tidak cukup hanya dipahami dari segi individualistik dan matrealistik, artinya kurban hanya bukan sekedar sebagai penebus dosa dan kewajiban degan mengurbankan hak miliknya atas nilai - nilai nominal. Namun hari raya kurban juga harus ditinjau dari aspek sosial sebagai bentuk amar ma'ruf nahi munkar yaitu proses pembebasan umat dari ketidak berdayaan, kelaparan, dan kemiskinan.

Setidaknya ada beberapa faktor untuk merefleksikan teologi ibadah kurban, pertama umat islam diuji oleh Allah SWT, sejauh mana keikhlasan mereka untuk mengurbankan harta kekayaannya mereka secara tulus, dan meringankan beban antar umat beragama seperti yang digambarkan oleh nabi Ibrahim ketika menyembelih putranya ismail, namun dengan keteguhan dan keikhlasan nabi Ibrahim sehingga nabi ismail diganti oleh malaikat dengan kambing. Kedua melalui kurban, umat islam dituntut utk bersikap humanis yang membumi terhadap masyarakat yakni sikap yang lebih tendensius pada gerakan sosial kemanusiaan sehingga terwujudlah akhlakul karimah.
 
Karena itu kurban harus dimaknai untuk menumbuhkan sikap dan tindakan kemanusiaan untuk saling mengasihi dan menyayangi. Jadi selama ini, ibadah kurban jangan hanya diinterpretasikan dari usaha manusia pada dimensi kesalehan individual yang bersifat transendetal. Melainkan juga, harus diimplementasika dalam sebuah transformasi sosial yang lebih menekankan aspek dimensi kehidupan kesalehan sosial beragama. Berdasarkan asusmsi itulah nilai -nilai universal agama sangat urgen untuk di implementasikan dalam kehidupan umat manusia pada titik inilah agama menjadi bagian penting dari bentuk yg mendasari wajah umat islam sebagai agama Rahmatan lil alamin.

Penulis : Paklik Prasojo kaniraras