Thursday, 27 October 2016

Nasib Kuba Masjid Desa Kembangan



Desa Kembangan yang aku cintai dan sayangi. Memang sejauh ini secara kasat mata terlihat indah , damai, dan aman, namun dibalik itu semua tersimpan banyak hal didalamnya, seperti yang satu ini sekarang menjadi trending topik di bulan oktober yaitu perihal kuba masjid Roudlotul Fallah yang mana hampir semua warga membicarakan hal tersebut. Pada akhirnya membentuk berbagai opini publik, seperti banyak orang bilang proyek yang pengerjaanya amburadul, kesalahan pemilihan vendor atau pemborong dan lain- lain.

Masih ingatkah kita proyek kuba dimulai pada bulan oktober 2015 yang pernah diperkirakan akan rampung tiga bulan sampai empat bulan berikutnya, estimasi penggarapan yang tertulis dalam kontrak dengan pemborong yang bernama saudara  yanto berasal dari kota Sidoharjo. Tidak disangka sekarang sudah oktober 2016 dan belum rampung juga.

Dalam hati paklik prasojo kaniraras bertanya - tanya dan menyimpulkan berarti proyek tersebut sudah satu tahun lamanya, melihat kejadian seperti itu pakde guno dan paklik prasojo kaniraras turut prihatin. Sebelumnya penulis memohon maaf apabila dalam tulisan ada pihak - pihak yang tersinggung , sekalilagi mohon maaf penulis tidak bermaksud mendiskriditkan pihak manapun yang dalam bahasa kiyai adalah suudzon. Pada tulisan, penulis hanya ingin mengajak pada semua pihak untuk intropeksi diri.

Dan penulis mengajak, marilah kita menengok kebelakang perjalanan awal pembangunan masjid yang berkuba raksasa itu. Program penggalangan dana diawali pada tahun 2000 kala itu kepala desa masih dijabatoleh bapak maskuri , serta pada saat itu segenap warga turut ambil bagian dalam pengumpulan dana.

Dari pihak kota atau disebut warga rantau bersediah menyisihkan dana minimal 1 porsi antara harga Rp 2.000 sampai dengan Rp. 2.500. Namun dalam perjalanan cara penggalangan dana mengalami kemacetan pada awal 2002. Dan masih untung ada orang - orang yang peduli . Kami yang berada didesa bisa tersenyum kembali ketika mendengar adanya inisiatif untuk menggugah kembali penggalangan dana yang di komandani oleh Bapak Tarlan dan Almarhum Bapak Karmo pada saat itu menjadi wakil dari rantau jogja, Beliau menggugah penggalangan dengan cara mendatangi kota - kota lain untuk diajak bermusyawarah, alhamdulillah lobi - lobi dengan pihak kota lain berhasil dan penggalangan dana kembali dilakukan.

Awal dibentuknya panitia pembangunan masjid di isi oleh generasi muda dan generasi tua, setelah panitia terbentuk tahun 2002 terjadi pro dan kontra dikalangan masyarakat mengenai komponen panitia, banyak protes sana - sini sehingga selang beberapa waktu semua anggota panitia mendapat surat kalengyang intinya panitia harus dirombak dan akhirnya bapak kepala desa maskuri senagai pelindung menyarankan untuk merompak personil panitia. Dan yang menjadi pertanyaan sampai sekarang adalah siapa pengiring surat kaleng tersebut belum terkuak.

Sebenarnya penulis tidak mengetahui tentang seluk beluk kepanitiaan karena itu semua wewenang takmir masjid, tapi dari sisi sosial budaya paklik prasojo kaniraras ingin memberi sedikit saran dan kritik demi kebaikan bersama karena ini menyangkut khalayak umum. Apabila mau mengingat kembali masa lampau sebenarnya banyak hal yang kurang berkenan di benak masyarakat contoh seperti dulu ketika awal akan dilaksanakan pembangunan masjid warga diminta kerja bakti memecah batu bongkahan besar menjadi batu cor, dan pada akhirnya batu cor yang hasil pecahan dan terletak pada sebelah barat masjid tidak digunakan alias tidak terpakai.

Setelah masjid hampir selesai muncul kembali persoalan baru tentang proyek kaca, yang mana awalnya proyek kaca ini di tangani oleh pemborong dari lokal yaitu warga desa kembangan sendiri yang sudah berpengalaman disurabaya. Pemborong yang berasal dari RT 6 itu pada mulanya ingin memilih bahan yang bagus demi untuk masjidnya sendiri. Dalam pengerjaannya terkesan lambat dimata panitia dan mengakibatkan salah paham, kemudian panitia menerima tawaran dari pemborong proyek kaca yang lain.

Selanjutnya proyek pagar stainless, proyek ini tidak banyak orang tahu tetapi namanya orang banyak tidak terhindar dari pro dan kontra namun proyek ini terbilang sukses warga pun akhirnya diam. Kemudian proyek pengecetan ulang seluruh dinding masjid termasuk kuba masjid, proyek yang menelan anggaran 67 juta itu hanya bertahan satu tahun , cat perlahan ngelotok disana sini. Di sinyalir cat yang kurang berkualitas . Pada akhirnya masyarakatpun protes namun tidak ada respon dari panitia.

Dan sampailah pada proyek yang penganggarannya sampai 200 juta ini menjadi proyek yang paling populer dan membuat pusing panitia, ditambah lagi warga seprti bersungut (bertanduk). Menurut pengamatan paklik prasojo kaniraras, memang kuba masjid desa kembangan ini kuba yang paling besar dikabupaten lamongan, di balik itu menyimpan persoalan yang besar pula.

Sekali lagi paklik prasojo sangat prihatin dengan masalah yang dihadapi panitia, namun disisi lain penulis masih punya rasa bangga terhadap para jamaah yang tidak terpengaruh, bahkan muadzin bapak rasemat mengumandangkan adzannya semakin meliyuk-liyuk mendayu-dayu untuk memanggil jamaah sholat fardlu.

Dilain sisi penulis terkadang merasa malu manakala mendengar celotehan orang yang melintas di jalan utama desa kembangan ketika melihat kuba " Iki kuba opo kurungan pitik jago ". Dan juga dari tetangga desa terutama dari desa karang dan siman " Opoan wong kembangan umek masalah kuba ora mari - mari ".

Diakhir kata penulis ingin membantu doa semoga panitia cepat menemukan solusi terbaik untuk keluar dari masalah yang selama ini menjadi PR warga kembangan. Masalah insyaAllah ada solusinya , utamakan bermusyawarah dari pada suudzon sana sini. Sekian kami akhiri tulisan ini dan apabila dalam tulisan banyak salah dan kurang berkenan di benak pihak manapun penulis mohon maaf sebesar - besarnya, dan sekali lagi penulis tidak punya tendensi apapun kecuali demi kebaikan bersama terutama untuk masjid.

Penulis : Paklik prasojo kaniraras

No comments:

Post a Comment