Setelah Absen beberapa bulan kini paklik Prasojo Kaniraras hadir kembali di Cangkru'e Desa Kembangan (CDK). Dengan kemasan seperti biasa tentang sosial budaya desa kembangan.
Suasana alam desaku yang sejuk dan damai seakan menggugah kenangan akan masa lalu yang lama telah aku tinggalkan, ketika aku pulang ke kampung halaman ada yang samgat terkesan dan masih melekat dalam ingatanku, yaitu ketika hari akan memasuki bulan puasa, waktu ba’da ashar begitu ramai di area pemakaman, orang tua menyebutnya dengan istilah megengan, seluruh warga desa kembangan beramai –ramai untuk berziarah kubur. Dan akupun turut berbaur dalam suasana ramainya area makam desa kembangan karena kedua orang tuaku terbaring disana , aku ingin tetap berbakti kepada kedua orang tuaku walaupun aku tidak begitu sholeh namun setidaknya aku bisa mendoakan kedua orang tuaku dan para kakek nenekku.
Namun ada yang berbeda dengan tradisi ziarah kubur di hari megengan antara zaman dahulu dengan zaman sekaarang. Dahulu ketika, orang beramai – ramai ziarah
kubur selalu disibukkan dengan atribut peralatan seperti arit (Sabit) dan cangkul karena zaman dulu
dierah 70-an hingga 80-an area makam desa kembangan penuh rumput dan ilalang
yang sangat rimbun sehingga kita mau mencari batu nisan Ahli kubur harus
membersihkan ilalang yang menghalang pandang tersebut. Sehingga waktu ziarah hanya dihabiskan untuk membersihkan area kuburan dan menjadikan waktu berdoa sangat sebentar sekali.
Tetapi ketika memasuki pemerintahan bapak Maskuri, beliau memiliki kebijakan bahwa setiap tiga bulan sekali diadakan kerja bakti untuk membersihkan area makam. setelah itu makam terlihat bersih dari rerumputan dan memudahkan peziarah menemukan makam kerabatnya. Dan Insya Allah kebijakan tersebut masih dipertahankan hingga saat ini.
Seperti yang terlihat di tradisi megengan tahun ini, para ziarah kubur tidak ada satupun membawa alat sabit dan cangkul karena area makam sudah sangat terlihat bersih, namun ada pemandangan yang berbeda lagi dengan zaman dahulu, kini para peziarah berebut mengambil buku surat yasin dan tahlil digarasi penduso. Suasana kuburan menjadi hening dan semua menghadap ketimur dia atas makamnya leluhur masing masing.
Dari semua itu terdapat perbedaan yang sangat mencolok ziarah kubur ditahun 70-an dan 80-an dibanding dengan era sekarang yaitu para wanita yang ikut ziarah kubur pada zaman dulu terlihat tabu untuk berziarah. Namun sekarang menjadi trend meskipun terkadang hanya untuk shelfi diatas batu nisan. Itulah sedikit gambaran rangkaian memasuki bulan puasa.
Dari semua itu terdapat perbedaan yang sangat mencolok ziarah kubur ditahun 70-an dan 80-an dibanding dengan era sekarang yaitu para wanita yang ikut ziarah kubur pada zaman dulu terlihat tabu untuk berziarah. Namun sekarang menjadi trend meskipun terkadang hanya untuk shelfi diatas batu nisan. Itulah sedikit gambaran rangkaian memasuki bulan puasa.
Memasukin bulan puasa hari pertama paklik prasojo sempat ikut sholat terawih dimasjid Raudlotulfallah, suasana semarak untuk beribadah dibulan romadlon diawali sholat terawih dimasjid yang mega, sungguh sangat meriah sehingga paklik prasojo sangat terkenang akan masa yang lalu, ketika paklik prasojo masih berusia remaja langgar - langgar sangat ramai yang dapat dipastikan disekitar langgar langgar itu pasti banyak menjual jajanan, Langgar yang paling favorit adalah langgar RT 2, ketika itu yang menjadi imam bapak haji Muktar karena memiliki suara yang khas serta sholat terawihnya sedikit lebih cepat selesai dari pada sholat terawih dimasjid. Dan ketika itu satu - satunya langgar yang mempunyai jama'ah pria dan wanita. Para pemuda dan remaja bisa sambil lirak - lirik gadis pujaannya. Dan yang menjadi kesukaan paklik prasojo saat itu adalah mendengarkan dongeng setelah sholat terawih yang dibacakan oleh bapak haji muktar.
Namun suasana kini agak berubah , suara irama pujian khas sholat terawih tidak terdengar seperti zaman dulu, dimasjid dilanggar semua kompak dengan pujian khas tombo ati-nya. Kini dimasjid pujiannya pun diganti oleh Bapak rasemat dengan pujian yang berbeda. Orang yang berjualan jajanan juga berbeda tidak sebanyak jaman dulu. Puasa tahun ini yang jualan disekitar langgar RT 2 adalah anaknya ibu maroh. dan yang berjualan di RT 6 dimeriakan dengan Es jus didepan rumah wak Huri yang menggunakan tenda moderen satu gelas 8.000 Rupiah, Penjualnya adalah keponakan bapak huri.
Kekompakan dan semangat beribadah warga desa kembangan dari zaman dulu hingga jaman sekarang paklik prasojo mengakui tidak ada perbedaan hanya saja jaman dulu masjid masih begitu sempit sehingga ketika sholat terawih berdesak - desakan. sekarang masjid lebih lebar - lebih besar dan warga desa kembangan banyak yang merantau ditambah lagi warga yang banyak meninggal sehingga masjid pun kini terasa lega dan lenggang, tetapi biasanya akan terisi penuh diakhir romadhon karena sudah banyak warga yang datang dari rantau. Dan barulah semenjak tahun 90-an ibu - ibu bisa ikut berjama'ah sholat terawih di masjid yang sebelumnya para ibu - ibu teraweh dilanggar - langgar yang ada.
Suasana tergambar sangat meriah seusai melaksanakan sholat terawih , Telinga kita dimanjakan dengan adanya tadarusan Al-quran yang tartil menentramkan jiwa. Tadarus Al-quran ditahun 70-an dan 80-an. yang paling populer dan yang paling aktif adalah bapak H. Mansur, Bpk H. Muktar, Almarhum Bapak H. Umar, Bapak H. Mas Said, Bapak H. Zaini, Almarhum Bapak H.Sholeh (carik) , Bapak Tarlan, Almarhum Bapak Pandi, Bapak Abdu Samat, Almarhum Bapak Tarno, Bapak Maruji, Bapak H. Kasimun, dan Almarhum Bapak H. Jamal. Serta masih banyak yang lain.
Ketika menjelang waktu sahur masjid pun ramai kembali diramaikan oleh suara - suara tarhim yang mendayu merdu, Zaman dulu yang paling aktif membaca tarhim adalah bapak Tarlan , Bapak Maruji, Almarhum Bapak H.Sholeh (carik), Bapak Abdu Samat. Dari semua petarhim yang paling khas adalah suara tarhimnya bapak tarlan. Namun kini bapak tarlan hijrah kekota bandung. Dan ditahun 2000-an Tarhim dilantunkan oleh Almarhum Bapak H. Muntalib RT 2 (H.
Ali) membangunkan warga menggunakan bahasa yang khas dengan ucapan " Jam telu kurang sak itik " Itulah suara kenang - kenangan Almarhum Bapak H. Muntalib.
Masih ditahun 80-an, Berbarengan dengan tarhim ada sekelompok remaja yang digawangi oleh Bapak kastar, Bpk Jumain, Bpk Maslikan , dan Bapak Roni membawa grup band andalannya yaitu "mbegidak masa", dan berkeliling kampung dengan tujuan ramai dan merianya alunan musik gendre melayu, membangunkan warga untuk sahur.
Namun kini semua tinggal kenangan dan diteruskan oleh Bapak Rasemat . Dengan majunya Zaman tarhim seakan - akan tidak diperlukan lagi karena setiap orang sudah dibangunkan oleh Alarem Hp masing - masing. dan semua rumah sudah memiliki jam dinding. Tahukah anda Orang kembangan yang pertama kali memiliki jam dinding ditahun 1970-an adalah Bapak Manan ayahnya Bapak H. Habib RT 6, Wak Rohmat yang didapatkan oleh mantunya yaitu Bapak Esnan dari Jakarta RT 2. Kemudian Jam yang berada di Masjid, dan jam dinding di mbale gedhe rumah Almarhum bapak petinggi Maskun.
Untuk romadlon siang hari aktivitas masih seperti biasa, anak - anak kecil lebih aktif dikali karena dengan alasan lebih adem. Sedangkan tahun ini 1437 H. Diwaktu siang warga desa kembangan menjalani ibadah puasa dengan santai karena pekerjaan sawah sebagai petani sudah rampung ditanam tinggal menunggu panen beberapa bulan lagi.
Menjelang berbuka puasa suasana romadlon kembali pecah meresap ke jiwa , Alunan doa Romadlon yang dilantunkan dengan nada yang khas, suara serak basah saudara Abdurkim alias cak dol RT 3, memberi sentuhan yang sangat mendalam, cak dol tidak sendiri dalam aksinya membius suasana biasanya kakak beliau yang bernama Muslimin atau cak min RT 3 turut andil, serta terkadang bapak mashuda waktu muda ikut meramaikan.
Doanya kurang lebih sebagai berikut :
Setelah buka puasa tiba, keindahan kembali muncu di masjid dan di langgar - langgar, keramaian, kebersamaan terbentuk, ketika itu berebut jaminan (ta'jil) meski hanya seperti katol dan bolet. Sungguh sangat indah waktu itu.
Menjelang berbuka puasa suasana romadlon kembali pecah meresap ke jiwa , Alunan doa Romadlon yang dilantunkan dengan nada yang khas, suara serak basah saudara Abdurkim alias cak dol RT 3, memberi sentuhan yang sangat mendalam, cak dol tidak sendiri dalam aksinya membius suasana biasanya kakak beliau yang bernama Muslimin atau cak min RT 3 turut andil, serta terkadang bapak mashuda waktu muda ikut meramaikan.
Doanya kurang lebih sebagai berikut :
أشْهَدُ أنْ لاَإلَهَ إلاَّ اللهُ أسْتَغْفِرُ اللهُ أسْألُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ
Asyhadu allaa ilaaha illallah, astaghfirullah, as aluka ridlaaka wal jannah, wa na’uudzubika minannaar. .
Allahumma sallimna li Ramadhana Wa sallim Ramadhana lana waj’alhu minna mutaqabbalan
Ya ALLAH selamatkan kami untuk menyambut bulan Ramadhan dan jadikanlah
Ramadhan indah buat kami, dan jadikanlah setiap amal yang kami lakukan
sebagai ibadah yang diterima disisiMu
Saya bersaksi tidak ada Tuhan Selain
Allah, Saya mohon ampun kepada Allah, Saya mohon Ridha-Mu, SurgaMu dan
selamatkanlah saya dari neraka.” Mu dan selamatkanlah saya dari neraka.
اَللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فاَعْفُ عَنَّا
Allahumma innaka ‘afuwun kariim, tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annaa
Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Dzat
Maha Pengampun lagi Maha Pemurah, senang pada ampunan, maka ampunilah
kami, wahai Dzat yang Maha Pemurah. (HR Tirmidzi)
Setelah buka puasa tiba, keindahan kembali muncu di masjid dan di langgar - langgar, keramaian, kebersamaan terbentuk, ketika itu berebut jaminan (ta'jil) meski hanya seperti katol dan bolet. Sungguh sangat indah waktu itu.
Demikianlah sedikit kenangan Paklik prasojo Kaniraras ketika bulan romadlhon dimasa lampau. Jika ada salah kata mohon maaf sebesar - besarnya.
Dirilis : Admin Desa Kembangan
Penulis : Paklik prasojo kaniraras
Sumber : Paklik prasojo kaniraras
No comments:
Post a Comment