Monday, 8 February 2016

Merayu Tuhan _ Abu Nawas



Pada kemasan edisi kali ini pak lik prasojo akan bercerita tentang kecerdikan abu nawas. Abu nawas mampu mengatasi berbagai persoalan rumit dengan style humor atau bahkan humor politis. Abu nawas setelah mati pun masih bisa membuat orang lain tertawa, didepan makamnya ada pintu gerbang yg berkunci dengan gembok besar sekali namun dikanan kiri pintu gerbang itu pagarnya bolong sehingga orang bisa leluasa keluar masuk untuk berziarah ke makamnya, apa maksudnya dia berbuat demikian?. mungkin itu adalah simbol watak abu nawas yang sepertinya tertutup namun sebenarnya terbuka hatinya.

Ada sesuatu misteri pada diri abu nawas, ia sepertinya bukan orang biasa bahkan ada yang menyakini bahwa dari kesederhanaannya itu ia adalah seorang guru sufi namun ia tetap dekat degan rakyat jelata bahkan konsisten membela rakyat mereka yang lemah dan tertindas.

Abu nawas orang persia yang dilahirkan pada tahun 750 M di ahwaz  setelah dewasa ia mengembara ke bazrah dan kufah . disana ia belajar b.arab dan bergaul rapat sekali dengan orang badui padang pasir, karena pergaulannya itu ia mahir berbahasa arab dan adat istiadat dan kegemaran orang arab ia juga pandai bersyair, berpantun dan menyanyi. ia sempat pulang ke negerinya , namun pergi lagi ke baghdad bersama ayahnya keduanya menghambakan diri kpd sultan harun ar rasyid raja baghdad. dan meninggal pada tahun 819 M di baghdad.

Mari kita mulai kisah lucu dan cerdik politikus abu nawas yang pertama dengan judul "Merayu Tuhan". abu nawas sebenarnya adalah seorang ulama yang alim tak begitu mengherankan jika abu nawas memiliki murid yang tidakk sedikit, diantara sekian banyak muridnya ada satu orang yang hampir selalu menanyakan mengapa abu nawas mengatakan begini dan begitu.

Suatu ketika ada 3 orang tamu bertanya kepada abu nawas dengan pertanyaan yang sama. Orang pertama mulai bertanya "manakah yang lebih utama? orang yang mengerjakan dosa - dosa besar atau orang - orang yang mengerjakan dosa - dosa kecil?" abu nawas langsung menjawab "orang yg mengerjakan dosa- dosa kecil "mengapa?" kata org pertama, jawab abu nawas "sebab lebih mudah diampuni oleh tuhan ". Orang pertama puas karena ia memang yakin begitu.

Orang kedua bertanya dengan pertanyaan yang sama "manakah yang lebih utama ? orang yang mengerjakan dosa - dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa - dosa kecil?" "orang yang tidak mengerjakan keduanya " jawab abu nawas "mengapa?" kata org kedua. " dengan tidak mengerjakan keduanya tentu tidak memerlukan pengampunan dari tuhan" kata abu nawas. orang kedua langsung mencerna jawaban abu nawas.

Orang ketiga juga bertanya dengan pertanyaan yang sama pula "mana kah yg lebih utama? org yang mengerjakan dosa - dosa besar atau orang yg mengerjakan dosa - dosa kecil?" "orang yang mengerjakan dosa - dosa besar " jawab abu nawas "mengapa?" kata org ketiga "sebab pengampunan Allah kepada hambanya sebanding dengan besarnya dosa hamba itu"jawab abu nawas.

Kemudian ketiga orang itu pulang dengan perasaan yang puas. Karna belum mengerti seorang murid abu nawas bertanya. "mengapa dengan pertanyaan yang sama bisa mengahasilkan jawaban yang berbeda ?" 

"manusia dibagi 3 tingkatan, tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati" "apakah tingkatan mata itu?" tanya murid abu nawas. "anak kecil yang melihat bintang dilangit ia mengatakan bintang itu kecil, karena ia hanya menggunakan mata" jawab abu nawas mengandaikan. 

"apakah tingkatan otak itu?" tanya murid abu nawas "orang pandai yang melihat bintang dilangit ia mengatakan bintang itu besar karena ia berpengetahuan" jawab abu nawas.

"lalu apakah tingkatan hati itu?" tanya murid abu nawas lagi. "orang pandai dan mengerti yang melihat bintang di langit ia tetap mengatakan bintang itu kecil walaupun ia tahu bintang itu besar, karena bagi orang yang mengerti tidak ada sesuatu apapun yang besar jika dibandingkan dengan keMaha Besaran Allah".

Kini murid abu nawas mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama bisa meghasilkan jawaban yang berbeda. lalu ia bertanya lagi "wahai guru mungkinkah manusia bisa menipu Tuhan?" "mungkin saja" jawab abu nawas. "bagaimana caranya?" tanya murid abu nawas ingin tahu "dengan merayu-Nya melalui pujian dan doa" kata abu nawas.

"ajarkan doa itu padaku wahai guru" pinta murid abu nawas. lalu abu nawas mengajarinya doa itu adalah " illahi lastu lil firdausi ahla, wala aqwa'alan naril jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzanbil 'adhimi".

Sedangkan arti doa itu adl : "wahai tuhanku aku ini tdk pantas menjadi penghuni surga tetapi aku tdk akan kuat akan panasnya api neraka. oleh sebab itu terimalah taubat ku serta ampunilah dosa2 ku karena sesungguhnya engkau lah dzat yg mengampuni dosa2 besar".

inilah pujian dari abu nawas yang lebih populer dimasjid - masjid khusisnya dimasjid desa kembangan untuk pujian malam jum'at. demikian sekelumit cerita tentang abu nawas dan insyaallah setiap hari senin paklik prasojo kaniraras akan beecerita tentang keunikan dan kelucuan abu nawas dengan judul yang berbeda , sekian terimakasih.

Penulis : pak lik orasojo kaniraras 
Sumber : 1001 malam baghdad

No comments:

Post a Comment