Showing posts with label Abu Nawas. Show all posts
Showing posts with label Abu Nawas. Show all posts

Tuesday, 12 April 2016

Pintu Akhirat _ Abu Nawas


Tidak seperti biasanya hari itu baginda Raja tiba - tiba ingin menyamar menjadi rakyat biasa, beliau ingin menyaksikan kehidupan diluar istanah tanpa sepengetahuan siapapun agar leluasa bergerak.

Baginda mulai keluar dari istanah dengan pakaian amat sederhana layaknya seperti rakyat jelata. Disebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang berkumpul, setelah baginda mendekat ternyata seorang ulama sedang menyampaikan kuliah tentang alam barzah, tiba - tiba ada seseorang yang datang dan bergabung disitu ia bertanya kepada ulama tersebut. " Kami menyaksikan orang kafir pada suatu waktu dan mengintip kuburnya tetapi kami tidak mendengar mereka berteriak dan tidak pula melihat penyiksaan - penyiksaan yang katanya sedang dialaminya, maka bagaimana cara membenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihat mata? " ulama tersebut berfikir sejenak , kemudian ia berkata.

" Untuk mengetahui yang demikian itu, harus menggunakan panca indra yang lain, ingatkah kamu dengan orang yang sedang tidur ? , dia kadang kala bermimpi dalam tidurnya sedang digigit ular, diganggu dan sebagainya ia juga merasakan sakit dan takut ketika itu bahkan memekik dan berkeringat bercucuran pada keningnya, ia merasakan hal semacam itu seperti tidak tidur. Sedangkan engkau yang duduk didekatnya menyaksikan keadaannya seolah - olah tidak terjadi apa - apa pada orang yang telah tidur tadi. Padahal apa yang dilihat serta apa yang dialaminya dikelilingi ular - ular dan menggigitnya. Maka jika masalah mimpi yang remeh saja sudah tidak mampu mata lahir melihatnya, mungkinkah engkau bisa melihat apa yang terjadi dialam barzah?".

Baginda raja terkesan dengan penjelasan ulama tersebut, dan baginda masih mengikuti kuliah dari ulama itu, kini ulama melanjutkan kuliahnya tentang alam akhirat, dikatakan bahwa disurga tersedia hal - hal yang amat disukai nafsu termasuk benda - benda salah satu benda - benda itu adalah mahkota yang amat luar biasa indahnya, tak ada yang lebih indah dari barang - barang disurga karena  barang - barang itu tercipta dari cahaya, saking indahnya maka satu mahkota jauh lebih bernilai dari dunia dan isinya. Baginda semakin terkesan beliau pulang kembali keistanah.

Baginda sudah tidak sabar ingin menguji kemampuan Abu nawas, Abu nawas dipanggil untuk menghadap raja kemudian baginda raja mengutarakan keinginannya kepada Abu nawas, " Hai Abu nawas , Aku menginginkan engkau sekarang juga berangkat kesurga kemudian bawahkan aku sebuah mahkota surga yang katanya tercipta dari cahaya itu, apakah engkau sanggup hai Abu Nawas ?". Abu Nawas dengan gayanya perlente langsung menjawab " Sanggup paduka yang mulia ", kata Abu nawas dengan lantang menyanggupi tugas yang mustahil dilaksanakan itu.  " Tetapi baginda harus menyanggupi pula satu syarat yang akan hamba ajukan " . " Sebutkan syarat itu ? " kata baginda raja.

" Hamba mohon bagida menyediakan pintunya agar hamba bisa memasukinnya ". " Pintu apa ? ", tanya baginda belum mengerti. " Pintu alam Akhirat " . Jawab Abu Nawas . Disini lah Raja Harun Al Rosid mulai kebingungan yang awal mulanya ingin mengetes Abu nawas kini dibalik oleh Abu nawas, giliran Abu nawas yang ngetes baginda raja. Ternyata baginda raja plonga - plongo tidak sanggup menuruti syarat yang diajukan oleh Abu Nawas. Baginda mulai berfikir, " ternyata sangat sulit sekali untuk menjebak abu nawas dari segi ilmu akal dan tingkah laku sangat sulit di taklukkan".

Giliran baginda raja yang menyerah dan memohon kepada Abu Nawas untuk menjelaskan tentang syarat yang diajukan oleh Abu Nawas tadi, Abu Nawas pun dengan senang hati menjelaskan kepada raja tentang pintu alam akhirat " Pintunya alam akhirat adalah kiamat wahai paduka , masing - masing alam mempunyai pintu . Pintu alam dunia adalah liang peranakan ibu , pintu alam barzah adalah kematian, dan pintu alam akhirat adalah kiamat. Surga berada dialam akhirat, bila baginda masih tetap menghendaki hamba mengambilkan mahkota disurga maka dunia harus kiamat terlebih dahulu.

Mendengar penjelasan Abu Nawas baginda raja terdiam, dan Abu Nawas pun menawarkan kepada baginda , " Kalau baginda bersedia meninggal terlebih dahulu maka yang menjadi raja dibagdat sebagai pengganti Harun Arrosid adalah abu nawas". Seketika itu pula baginda raja menangis dan memohon maaf kepada Abu Nawas mengakui kecerdikan akal dan kedalaman ilmu Abu Nawas.

Meskipun Abu Nawas hanya sebagai rakyat jelata dan penampilan apa adanya dari kesederhanaan Abu Nawas tersimpan ilmu yang tinggi sehingga Abu Nawas selalu diundang ke istanah sebagai penasehat raja dan menjadi orang penting dikerajaan bagdat. Namun Abu Nawas tidak merasa tinggi hati atau besar kepala itulah kemuliaan jiwa Abu Nawas.

Sekian ))))) Nantikan kisah Abu Nawas selanjutnya


Penulis : pak lik orasojo kaniraras 
Sumber : 1001 malam baghdad

Tuesday, 15 March 2016

Memenjarakan Angin _ Abu Nawas


Abu nawas kaget bukan main, ketika seorang utusan baginda raja Harun Arrosid datang kerumahnya dengan titah Abu nawas disuruh menghadap baginda raja dengan secepatnya, entah permainan apa lagi yang akan di hadapi kali ini, pikiran Abu Nawas meloncat kesana kemari.

Setelah tiba diistanah baginda raja menyambut Abu Nawas dengan senyum - senyum, Abu Nawas semakin tidak mengerti apa maksud baginda. Setelah Abu Nawas duduk menghadap baginda kemudian baginda raja Harun Arrossid berbicara kepada Abu Nawas " Akhir - akhir ini aku sering mendapat gangguan perut kata tabib pribadiku, aku mendapat serangan angin " keluhan baginda mengawali permbicaraan dengan Abu Nawas.

" Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya " kata baginda. Abu Nawas hanya diam tak sepatah katapun keluar dari mulutnya, ia tidak memikirkan bagaimana caranya menangkap angin nanti tetapi ia masih bingung bagaimana caranya membuktikan bahwa yang ditangkap itu benar - benar angin. Karena angin tidak bisa dilihat, tidak ada benda yang lebih aneh dari angin tidak seperti halnya air walaupun tidak berwarna tetapi masih bisa dilihat. Sedangkan angin tidak bisa dilihat, itulah angin sebuah benda yang semi gaib menurut Abu Nawas.

Baginda hanya memberi waktu tidak lebih dari tiga hari, Abu Nawas pulang membawa pekerjaan rumah dari baginda raja namun Abu Nawas tidak begitu sedih karena berfikir sudah merupakan bagian dari hidupnya bahkan merupakan suatu kebutuhan, ia yakin bahwa dengan berfikir akan terbentang jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi dan dengan berfikir pula ia yakin bisa menyumbangkan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan terutama orang - orang miskin, karena tidak jarang Abu Nawas menggondol sepundi penuh uang emas hadiah dari baginda raja Harun Arrosid atas kecerikannya.

Tetapi sudah dua hari ini Abu Nawas belum juga mendapatkan akal untuk menangkap angin apalagi memenjarakannya sedangkan besok adalah hari terakhir yang ditentukan oleh baginda raja,  Abu Nawas hampir putus asa, Abu Nawas benar - benar tidak bisa tidur walaupun hanya sekejap.

Mungkin sudah takdir kayaknya kali ini Abu Nawas harus menjalani hukuman karena gagal melaksanakan perintah baginda, ia berjalan gontai menuju istanah disela - sela kepasrahannya kepada takdir ia ingat sesuatu yaitu Aladin dan lampu wasiatnya.

"Bukankah jin itu tidak terlihat ?" Abu Nawas bertanya kepada dirinya sendiri, ia berjingkrak girang dan segera berlari pulang sesampai dirumah ia secepat mungkin menyiapkan segala sesuatu kemudian menuju istanah. Dipintu gerbang istanah Abu Nawas langsung dipersilahkan masuk oleh para pengawal.

Baginda sedang menunggu kehadirannya. Dengan tidak sabar baginda langsung bertanya kepada Abu Nawas. "Sudahkah engkau berhasil memenjarakan angin , hai Abu Nawas?" "Sudah paduka yg mulia". jawab Abu Nawas dengan muka berseri - seri sambil mengeluarkan botol yang sudah disumpat.

Kemudian Abu Nawas menyerahkan botol itu. Baginda menimang - nimang botol itu. "Mana angin itu, hai Abu Nawas?" tanya Baginda "Didalam, Tuanku yang mulia." Jawab Abu Nawas penuh takzim. "Aku tak melihat apa - apa ". kata Baginda Raja. "Ampun Tuanku, memang angin tak bisa dilihat, tapi bila Paduka ingin tahu angin, tutup botol itu harus dibuka terlebih dahulu". Kata Abu Nawas menjelaskan. 

Setelah tutup botol dibuka Baginda mencium bau busuk. Bau kentut yang begitu menyengat hidung. "Bau apa ini, hai Abu Nawas?!" tanya Baginda marah. "Ampun Tuanku yang mulia, tadi hamba buang angin dan hamba masukkan ke dalam botol. Karena hamba takut angin yg hamba buang itu keluar maka hamba memenjarakannya dengan cara menyumbat mulut botol", kata Abu Nawas ketakutan.

Tetapi Baginda tidak jadi marah karena penjelasan Abu Nawas memang masuk akal. Hehehe kau memenag pintar Nawas!. Tapi.... jangan keburu tertawa dulu , dengar dulu apa kata Abu Nawas. "Baginda.....!" "Ya Abu Nawas" "Hamba sebenarnya cukup pusing memikirkan cara melaksanakan tugas memenjarakan angin ini". "Lalu apa maksudmu Abu Nawas?" "Hamba minta ganti rugi" "Kau hendak memeras seorang Raja?" "Oh, bukan begitu Baginda" "Lalu apa maumu?" "Baginda harus memberi saya hadiah berupa uang sekedar untuk bisa belanja dalam satu bulan". "Kalau tidak?" tantang Baginda " Kalau tidak.... hamba akan menceritakan kepada khalayak ramai bahwa Baginda telah dengan sengaja mencium kentut hamba!" "Hah?" Baginda kaget dan jengkel tapi kemudian tertawa terbahak - bahak. " Baik permintaanmu ku kabulkan!"

Sekian ))))) Nantikan kisah Abu Nawas selanjutnya

Penulis : pak lik orasojo kaniraras 
Sumber : 1001 malam baghdad

Monday, 29 February 2016

Rebutan Bayi _ Abu Nawas



Kisah ini mirip dengan kejadian pada masa nabi Sulaiman ketika masih muda, dan sejarah ini dipelajari abu nawas untuk memecahkan suatu persoalan dikemudian hari. Entah sudah berapa kali kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu, yang sama - sama ingin memiliki anak. Seperti juga kisah yang pernah terjadi di indonesia tepatnya di jakarta pada bayi yang bernama cipluk di Rumah sakit Jakarta pada tahun 1986.

Bagdad _ Pada persidangan kasus perebutan bayi ini hakim rupanya mengalami kesulitan untuk memutuskan dan menentukan perempuan yang mana sebenarnya yang menjadi ibu bayi yang asli. Di hadapan raja harun Ar Rasyid, hakim ini menyerah dan tidak sanggup memutuskan (karena kala itu belum ada tes DNA).

Untuk memecahkan persoalan ini baginda raja pun turun tangan, baginda memakai tak-tik rayuan, baginda berpendapat mungkin dengan cara - cara yang amat halus salah satu wanita itu ada yang mau mengalah, tetapi kebijakan baginda harun Ar Rasyid justru membuat Dua perempuan makin mati - matian saling mengaku bahwa bayi itu adalah anaknya.

Baginda raja pun pusing, akhirnya dengan rasa putus asa baginda raja berpikir sejenak. Mengingat tak ada cara lain lagi yang bisa diterapkan baginda maka terpaksa Abu Nawas dipanggil ke istana untuk menghadap raja, abu nawas hadir mengantikan hakim.

Setelah abu nawas mendapat keterangan kronologi persoalan yang terjadi dari baginda raja abu nawas tidak mau menjatuhkan putusan pada hari itu, melainkan menunda sampai hari berikutnya. semua yang hadir dipersidangan yakin abu nawas pasti sedang mencari akal seperti yang biasa dilakukan padahal penundaan itu hanya disebabkan perangkat pengadilan kurang komplit sebab algojo eksekutor tidak ada ditempat.

Keesokan hari sidang pengadilan diteruskan lagi, abu nawas memanggil algojo dengan pedang terhunus ditangan abu nawas memerintahkan agar bayi yang menjadi rebutan itu diletakkan diatas meja dan kedua perempuan itu yang mengaku menjadi ibu bayi diminta menunggui disamping meja tersebut. "apa yang akan kau perbuat terhadap bayi ku itu?" kata kedua perrmpuan itu saling memandang kemudian abu nawas melanjutkan dialog. "sebelum saya mengambil tindakan apakah salah satu dari kalian bersedia mengalah dan menyerahkan bayi itu kepada yang memang berhak memilikinya?" "tidak, bayi itu adalah anakku" kata kedua perempuan itu serentak. " baiklah kalo kalian memang sungguh - sungguh sama menginginkan bayi itu dan tidak ada yang mau mengalah maka saya terpaksa akan membelah bayi itu menjadi dua sama rata" kata abu nawas mengancam.

Perempuan pertama girang bukan kepalang karena akan mendapat bagian separo bayi, sedangkan perempuan kedua menjerit - jerit histeris dan memohon kepada abu nawas "jagan dibelah bayiku, jagan dipotong anakku, biarlah aku rela bayi itu seutuhnya diserahkan kepada bayi itu" kata perempuan kedua.

Kini abu nawas tersenyum lega, sekarang topeng kepalsuan mereka sudah terbuka, abu nawas segera mengambil bayi itu dan sang algojo disuruh mundur kemudian abu nawas menyerahkan bayi itu kepada perempuan yang kedua.

Dan selanjutnya abu nawas memohon kepad baginda raja supaya perempuan yang pertama yang mengaku - ngaku bayi itu anaknya agar dihukum sesuai dengan perbuatannya. karena menurut hemat abu nawas tidak ada seorang ibu yang tega menyaksikan anaknya disembelih atau dibelah menjadi dua apalagi didepan matanya.

Itulah kecerdikan abu nawas memutuskan suatu persoalan, sehingga baginda raja merasa puas "abu nawas kau hebat sekali" , itu lah sanjungan dari raja "sebenarnya aku tidak hebat, aku tidak bisa apa - apa baginda karena hamba hanya rakyat biasa" "apa maksudmu?" tanya baginda "hamba hanya menirukan apa yang telah diperbuat oleh nabi sulaiman dimasa mudanya".

Inilah guna dan pentingnya belajar dan membaca sejarah sehingga apa yang tak tahu menjadi tau, apa yang tidak mengerti menjadi mengerti dan dinalar dengan akal pikiran kita sehingga dapat menjadi pelajaran yang positif.

Baginda raja merasa puas terhadap apa yang diputuskan oleh abu nawas dan sebagai rasa terimaksih baginda menawari abu nawas menjadi penasihat hakim kerajaan, tetapi abu nawas menolak ia lebih senang menjadi rakyat biasa dan guru ngaji dilanggarnya, itu lebih bermanfaat.

Itulah sifat kesederhanaan abu nawas dan istiqomah dalam hidupnya

Sekian ))))) Nantikan kisah Abu Nawas selanjutnya

Penulis : pak lik orasojo kaniraras 
Sumber : 1001 malam baghdad



Monday, 22 February 2016

Membokongi Raja _ Abu Nawas


Pada suatu sore ketika abu nawas kewarung kopi, kawan - kawannya sudah berada disitu terlebih dahulu, mereka memang sengaja sedang menunggu abu nawas , " Nah ini abu Nawas datang " kata dari salah satu teman.

" Ada apa ? ", kata Abu nawas sambil memesan secangkir kopi hangat. " Kami tahu engkau selalu bisa melepaskan diri dari perangkap - perangkap yang dirancang baginda raja Harun Al Rosid. " Tapi kami yakin kali ini engkau pasti dihukum baginda Raja bila engkau berani melakukannya " Kawan - kawan abu nawas membuka percakapan .

" Apa yang harus aku takutkan , tidak ada sesuatu apapun yang perlu ditakuti kecuali kepada Allah SWT " kata abu nawas menantang.

"Selama ini belum pernah ada seorang pun di negeri ini yang berani membokongi baginda raja Harun Al Rosid". " bukan kah begitu hai abu nawas ?" tanya kawan Abu Nawas.

" Tentu saja tidak ada yang berani melakukan hal itu, karena itu adalah perbuatan pelecehan yang amat berat hukumannya " kata abu nawas memberitahu.

" Itulah yang ingin kami ketahui darimu, beranikah engkau melakukannya ?" Tanya  teman- teman.

" Sudah kukatakan bahwa aku hanya takut kepada Allah SWT saja, sekarang apa taruhannya bila aku berani melakukannya ?". Abu nawas berganti bertanya

" Kami akan memberi hadiah seratus keping uang emas, dengan catatan baginda harus tertawa tatkala engkau bokongi " Kata mereka .

Abu Nawas Pulang setelah menyanggupi tawaran yang amat berbahaya itu, setelah minum kopi abu nawas berfikir memutar otak untuk mencari akal bagai mana caranya untuk membokongi baginda raja Harun Al Rosid. Kawan - kawan Abu Nawas tidak yakin kalau Abu Nawas sanggup membuat baginda raja tertawa, apalagi ketika di bokongi, sepertinya kali ini Abu Nawas harus berhadapan dengan algojo pemenggal kepala sebagai hukumannya.

Minggu depan baginda raja Harun Al Rosid akan mengadakan jamuan kenegaraan, para menteri pegawai istana dan orang - orang dekat baginda diundang, termasuk Abu Nawas. Abu Nawas merasakan hari - hari berlalu dengan cepat, karena ia harus menemukan jalan keluar yang paling aman bagi keselamatan lehernya dari pedang algojo, tetapi bagi kawan - kawan abu nawas hari - hari terasa amat panjang karena mereka tak sabar menunggu pertaruhan yang amat mendebarkan itu.

Persiapan - persiapan dihalaman istanah sudah dimulai baginda raja menginginkan perjamuan nanti meriah karena baginda juga mengundang raja - raja dari negeri sahabat. Ketika hari yang dijanjikan tiba semua tamu sudah datang kecuali Abu Nawas, kawan - kawan yang menyaksikan dari kejauhan merasa kecewa karena abu nawas tidak hadir, Namun mereka ternyata keliru, Abu Nawas bukannya tidak datang tetapi terlambat sehingga Abu Nawas duduk ditempat yang paling belakang.

Ceramah - ceramah yang mengesankan mulai disampaikan oleh para ahli pidato dan tibalah giliran baginada Harun Al Rosid menyampaikan pidatonya, seusai menyampaikan pidato baginda melihat abu nawas duduk sendirian ditempat yang tidak ada karpetnya, karena merasa heran baginda bertanya " Mengapa kau tidak duduk diatas karpet hai Abu Nawas ?".

" Paduka yang mulia hamba haturkan terimahkasih atas perhatian baginda, hamba sudah merasa cukup bahagia duduk disini " kata abu nawas

" Wahai Abu Nawas , majulah dan duduklah di atas karpet , nanti pakaianmu kotor karena duduk diatas tanah " baginda raja menyarankan.

" Ampun tuanku yang mulia sebenarnya hamba ini sudah duduk diatas karpet". baginda raja bingung mendengar pengakuan Abu Nawas, karena baginda melihat sendiri Abu Nawas duduk diatas lantai. " Karpet yang mana, yang engkau maksudkan wahai Abu Nawas ? " Tanya baginda masih bingung. " Karpet hamba sendiri tuanku yang mulia, karena sekarang hamba selalu membawa karpet kemanapun hamba pergi " Kata Abu Nawas seolah - olah menyimpan misteri.

" Tetapi sejak tadi aku belum melihat karpet yang engkau bawah " Kata baginda raja bertambah bingung. " Baiklah baginda Raja yang mulia ,  kalau memang ingin tahu maka dengan senang hati hamba akan menunjukan pada paduka yang mulia  " Kata Abu Nawas sambil beringsut - ingsut kedepan.

Setelah cukup dekat dengan baginda , Abu nawas berdiri kemudian menungging menunjukkan potongan karpetnya yang ditempelkan dibagian bokongnya, dengan leluasa abu nawas kini seolah - olah memantati atau membokongi baginda raja Harun Al Rosid. Melihat ada sepotong karpet menempel di pantat Abu Nawas , baginda raja tak bisa membendung tawa sehingga beliau terpingkal - pingkal diikuti tawa para undangan lainnya.

Melihat kejadian yang menggelikan itu, kawan - kawan Abu Nawas merasa kagum dan sekaligus merasa kehilangan uang keping emas yang dijanjikan kepada Abu Nawas , karena melihat sendiri dari kejahuan ternyata baginda raja tidak marah ketika dipantati Abu Nawas bahkan malah tertawa lebar.

Kini kawan - kawan Abu Nawas mengakui kecerdikan dan kelucuan Abu Nawas untuk memecahkan suatu persoaalan.

Sekian ))))) Nantikan kisah Abu Nawas selanjutnya

Penulis : pak lik orasojo kaniraras 
Sumber : 1001 malam baghdad

Monday, 15 February 2016

Perdebatan Kusir Tentang Telur dan Ayam _Abu Nawas



Melihat ayam betinanya bertelur baginda raja tersenyum beliau memanggil agar mengumumkan kepada seluruh rakyat bahwa kerajaan mengadakan sayembara. Sayembara itu berupa pertanyaan yang mudah tapi memerlukan jawaban yang tepat dan masuk akal. Dan barang siapa yang bisa menjawab pertanyaan itu akan mendapat imbalan hadiah yang sangat menggiurkan berupa uang emas yang banyak, tetapi bila tidak bisa menjawab maka seperti biasanya baginda akan menghukum si peserta sayembara untuk dimasukkan ke dalam penjara.

Selang beberapa waktu setelah pengumuman disiarkan ke seluruh penjuru negri banyak rakyat yang ingin mengikuti sayembara itu, terutama orang - orang miskin beberapa dari mereka yang ingin sekali mendapatkan hadiah berupa uang emas. mengingat beratnya hukuman yang akan dijatuhkan, maka tak mengherankan bila pesertanya banyak yang mundur hingga akhirnya hanya menyisahkan 4 orang peserta, dan salah satu dari para peserta yang amat sedikit itu salah satunya adalah abu nawas.

Aturan main sayembara itu ada 2, pertama jawaban harus masuk akal, kedua peserta harus mampu menjawab sanggahan dari baginda sendiri. Pada hari yg telah ditentukan oleh bagInda harun ar rasyid, para peserta sudah siap dipanggung hadapan baginda raja, dan penonton pun sangat banyak sekali untuk menyaksikan sayembara yang digelar di baghdad itu.

Peserta pertama maju, meskipun orangnya bertubuh tinggi besar namun peserta pertama kelihatan gemetar ketika mendapat pertanyaan dari baginda raja. baginda raja mulai bertanya "manakah yamg lebih dulu, telur atau ayam?" peserta pertama langsung menjawab "telur baginda" "lalu apa alasannya?" tanya baginda raja "bila ayam lebih dulu itu tidak mungkin karena ayam berasal dari telur" itu jawaban dari peserta pertama. "kalau begitu siapa yang mengerami telur itu?" sanggahan dari baginda raja. peserta pertama pucat pasi wajahnya mendadak gemetar tubuhnya dan keringat dingin bercucuran. ia tidak bisa menjawab, tanpa ampun lalu algojo baginda memasukkan kedlm penjara.

Kemudian peserta kedua dipanggil, langsung maju keatas panggung ia berkata "saya siap untuk menjawab pertanyaan, pertanyaannya pun sama "manakah yang lebih dulu, telur ataukah ayam?" peserta kedua dengan tenang menjawab " paduka yang mulia, sebenarnya telur dan ayam tercipta dalam waktu yang bersamaan" lalu disanggah oleg baginda raja "bagaimana alasannya? kok bisa bersamaan?" "bila ayam lebih dulu itu tidak mungkin karena ayam berasala dari telur, bila telur lebih dulu itu juga tidak mungkin, karena telur tdk bisa menetas tanpa dierami oleh ayam babon" kata peserta kedua dengan mantap. "bukankah ayam betina tidak bisa bertelur tanpa ayam jantan?" sanggahan baginda memojokkan peserta. peserta kedua bingung, tidak bisa memberikan penjelasan kepada baginda raja, lalu ia pun dijebloskan kedalam penjara.

Giliran peserta ketiga baginda raja harun Ar rasyid juga melontarkan pertanyaan yang sama, manakah yang lebih dulu "ayam, apa telur?" peserta ketiga langsung menjawab "tuanku yang mulia sebenarnya ayam tercipta lebih dahula dari pada telur" "sebutkan alasannya" kata baginda "menurut hamba yang tercipta pertama adalah ayam betina atau babon" kata pesrta ketiga meyakinkan baginda "lalu bagaimana selanjutnya? ayam betina kok bisa beranak pinak seperti sekarang? sedangkan ayam jantan tidak ada" kata baginda memancing jawaban dari peserta ketiga. "ayam betina bisa bertelur tanpa ayam jantan, telur dierami sendiri, lalu menetas dan menurunkan anak ayam jantan, kemudian menjadi ayam jantan dewasa dan mengawini induk nya sendiri" peserta ketiga berusaha menjelaskan seprti itu. "bagaimana bila ayam betina mati sebelum ayam jantan yang sudah dewasa sempat mengawini nya? itu sanggahan dari baginda. pesrta ketiga tidak bisa menjelaskan, akhirnya baginda murka dan peserta ketiga dimasukkan ke dalam penjara juga.

Kini tiba giliran peserta keempat maju keatas panggung menghadap baginda raja, tiada lain peserta keemapat adalah abu nawas, abu nawas pun mendapat pertanyaan yang sama dari baginda rajan harun ar rasyid "coba jelasakan mana yang lebih dulu ayam apa telur wahai abu nawas?" dengan santainya abu nawas menjawab disertai lelucon "yang pasti telur lebih dulu baginda, baru kemudian ayam", "coba terangkan secara logis" kata baginda raja ingin tahu. Dengan mudahnya abu nawas menjelaskan "ayam bisa mengenal telur namun sebaliknya telur tidak bisa mengenal ayam" baginda raja manggut - manggut setuju, abu nawas pun masih menambahkan untuk memantapkan baginda "sebenarnya Allah tidak sulit menciptakan sesuatu yang tidak bisa dijangkau akal manusia seperti abu nawas memberikan contoh terlebih dulu mana manusia dengan bayi? seperti itu lah Allah menciptakan adam lebih dulu baru ibu hawa lalu Allah baru menciptakan bayi yang lahir dari ibu hawa" baginda raja dapat tersenyum setuju dan abu nawas pun mendapat hadiah pundi - pundi uang emas yang sangat banyak dengan gembira, Abu nawas pulang untuk menemui isterinya dengan membawa hadiah dari baginda raja.

Itu lah kecerdikan abu nawas dalam menghadapi berbagai pertanyaan dari baginda raja harun Ar rasyid.

--((Sekian))-, bersambubung

Penulis : pak lik orasojo kaniraras 
Sumber : 1001 malam baghdad

Monday, 8 February 2016

Merayu Tuhan _ Abu Nawas



Pada kemasan edisi kali ini pak lik prasojo akan bercerita tentang kecerdikan abu nawas. Abu nawas mampu mengatasi berbagai persoalan rumit dengan style humor atau bahkan humor politis. Abu nawas setelah mati pun masih bisa membuat orang lain tertawa, didepan makamnya ada pintu gerbang yg berkunci dengan gembok besar sekali namun dikanan kiri pintu gerbang itu pagarnya bolong sehingga orang bisa leluasa keluar masuk untuk berziarah ke makamnya, apa maksudnya dia berbuat demikian?. mungkin itu adalah simbol watak abu nawas yang sepertinya tertutup namun sebenarnya terbuka hatinya.

Ada sesuatu misteri pada diri abu nawas, ia sepertinya bukan orang biasa bahkan ada yang menyakini bahwa dari kesederhanaannya itu ia adalah seorang guru sufi namun ia tetap dekat degan rakyat jelata bahkan konsisten membela rakyat mereka yang lemah dan tertindas.

Abu nawas orang persia yang dilahirkan pada tahun 750 M di ahwaz  setelah dewasa ia mengembara ke bazrah dan kufah . disana ia belajar b.arab dan bergaul rapat sekali dengan orang badui padang pasir, karena pergaulannya itu ia mahir berbahasa arab dan adat istiadat dan kegemaran orang arab ia juga pandai bersyair, berpantun dan menyanyi. ia sempat pulang ke negerinya , namun pergi lagi ke baghdad bersama ayahnya keduanya menghambakan diri kpd sultan harun ar rasyid raja baghdad. dan meninggal pada tahun 819 M di baghdad.

Mari kita mulai kisah lucu dan cerdik politikus abu nawas yang pertama dengan judul "Merayu Tuhan". abu nawas sebenarnya adalah seorang ulama yang alim tak begitu mengherankan jika abu nawas memiliki murid yang tidakk sedikit, diantara sekian banyak muridnya ada satu orang yang hampir selalu menanyakan mengapa abu nawas mengatakan begini dan begitu.

Suatu ketika ada 3 orang tamu bertanya kepada abu nawas dengan pertanyaan yang sama. Orang pertama mulai bertanya "manakah yang lebih utama? orang yang mengerjakan dosa - dosa besar atau orang - orang yang mengerjakan dosa - dosa kecil?" abu nawas langsung menjawab "orang yg mengerjakan dosa- dosa kecil "mengapa?" kata org pertama, jawab abu nawas "sebab lebih mudah diampuni oleh tuhan ". Orang pertama puas karena ia memang yakin begitu.

Orang kedua bertanya dengan pertanyaan yang sama "manakah yang lebih utama ? orang yang mengerjakan dosa - dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa - dosa kecil?" "orang yang tidak mengerjakan keduanya " jawab abu nawas "mengapa?" kata org kedua. " dengan tidak mengerjakan keduanya tentu tidak memerlukan pengampunan dari tuhan" kata abu nawas. orang kedua langsung mencerna jawaban abu nawas.

Orang ketiga juga bertanya dengan pertanyaan yang sama pula "mana kah yg lebih utama? org yang mengerjakan dosa - dosa besar atau orang yg mengerjakan dosa - dosa kecil?" "orang yang mengerjakan dosa - dosa besar " jawab abu nawas "mengapa?" kata org ketiga "sebab pengampunan Allah kepada hambanya sebanding dengan besarnya dosa hamba itu"jawab abu nawas.

Kemudian ketiga orang itu pulang dengan perasaan yang puas. Karna belum mengerti seorang murid abu nawas bertanya. "mengapa dengan pertanyaan yang sama bisa mengahasilkan jawaban yang berbeda ?" 

"manusia dibagi 3 tingkatan, tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati" "apakah tingkatan mata itu?" tanya murid abu nawas. "anak kecil yang melihat bintang dilangit ia mengatakan bintang itu kecil, karena ia hanya menggunakan mata" jawab abu nawas mengandaikan. 

"apakah tingkatan otak itu?" tanya murid abu nawas "orang pandai yang melihat bintang dilangit ia mengatakan bintang itu besar karena ia berpengetahuan" jawab abu nawas.

"lalu apakah tingkatan hati itu?" tanya murid abu nawas lagi. "orang pandai dan mengerti yang melihat bintang di langit ia tetap mengatakan bintang itu kecil walaupun ia tahu bintang itu besar, karena bagi orang yang mengerti tidak ada sesuatu apapun yang besar jika dibandingkan dengan keMaha Besaran Allah".

Kini murid abu nawas mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama bisa meghasilkan jawaban yang berbeda. lalu ia bertanya lagi "wahai guru mungkinkah manusia bisa menipu Tuhan?" "mungkin saja" jawab abu nawas. "bagaimana caranya?" tanya murid abu nawas ingin tahu "dengan merayu-Nya melalui pujian dan doa" kata abu nawas.

"ajarkan doa itu padaku wahai guru" pinta murid abu nawas. lalu abu nawas mengajarinya doa itu adalah " illahi lastu lil firdausi ahla, wala aqwa'alan naril jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzanbil 'adhimi".

Sedangkan arti doa itu adl : "wahai tuhanku aku ini tdk pantas menjadi penghuni surga tetapi aku tdk akan kuat akan panasnya api neraka. oleh sebab itu terimalah taubat ku serta ampunilah dosa2 ku karena sesungguhnya engkau lah dzat yg mengampuni dosa2 besar".

inilah pujian dari abu nawas yang lebih populer dimasjid - masjid khusisnya dimasjid desa kembangan untuk pujian malam jum'at. demikian sekelumit cerita tentang abu nawas dan insyaallah setiap hari senin paklik prasojo kaniraras akan beecerita tentang keunikan dan kelucuan abu nawas dengan judul yang berbeda , sekian terimakasih.

Penulis : pak lik orasojo kaniraras 
Sumber : 1001 malam baghdad