Wednesday 23 September 2015

Merefleksikan Teologi Kurban


Mendekati hari raya idul adha 1436 H semua umat islam di seantero indonesia sudah seharusnya merefleksikan secara kritis filosofi apa sesungguhnya makna dibalik ibadah kurban bagi umat muslim, sebab apa, jika kita merayakan sebuah ritual hari besar keagamaan tanpa memahami esensi nya secara genius, alhasil apa yang kita lakukan degan memberikan hewan kurban untuk disembelih adalah sia-sia belaka.

Secara teologis kurban merupakan wujud kepasrahan total seorang hamba pada sang pencipta alam semesta ini. Dengan tujuan untuk membersihkan eksistensi dirinya dari berbagai nafsu kebinatangan dan keserakahan terhadap unsur duniawi, karena itu ibadah ini diimplementasikan dalam bentuk penyembelihan hewan. 

Kurban pada hakikatnya sudah menjadi syariat islam, setiap umat islam disunnahkan melakukan ibadah kurban bagi yang mampu dan memiliki kelebihan harta kekayaan. Sementara itu, kurban telah menjadi syariat Allah SWT, Yang dibawa nabi Ibrahim sehingga fenomena itu lalu dilestarikan oleh nabi Muhammad SAW atas dasar legitimasi dan perintah Allah SWT dalam Al qur'an surat Al kautsar (108.2) telah dijelaskan "maka dirikanlah shalat karena tuhanmu dan berkurbanlah".

Makna inti tujuan dari kurban itu sendiri adalah mencari ridho allah dan sebagai lambang wujud rasa syukur kita kepada Allah dengan cara berbagi sesama manusia. Sesungguhnya yang diterima dari perjuangan berkurban adalah keikhlasan hati untuk berbuat amal kebaikan yang dijawantahkan melalui simbol - simbol penyembelihan hewan. 

Secara ontologi kurban sendiri tidak cukup hanya dipahami dari segi individualistik dan matrealistik, artinya kurban hanya bukan sekedar sebagai penebus dosa dan kewajiban degan mengurbankan hak miliknya atas nilai - nilai nominal. Namun hari raya kurban juga harus ditinjau dari aspek sosial sebagai bentuk amar ma'ruf nahi munkar yaitu proses pembebasan umat dari ketidak berdayaan, kelaparan, dan kemiskinan.

Setidaknya ada beberapa faktor untuk merefleksikan teologi ibadah kurban, pertama umat islam diuji oleh Allah SWT, sejauh mana keikhlasan mereka untuk mengurbankan harta kekayaannya mereka secara tulus, dan meringankan beban antar umat beragama seperti yang digambarkan oleh nabi Ibrahim ketika menyembelih putranya ismail, namun dengan keteguhan dan keikhlasan nabi Ibrahim sehingga nabi ismail diganti oleh malaikat dengan kambing. Kedua melalui kurban, umat islam dituntut utk bersikap humanis yang membumi terhadap masyarakat yakni sikap yang lebih tendensius pada gerakan sosial kemanusiaan sehingga terwujudlah akhlakul karimah.
 
Karena itu kurban harus dimaknai untuk menumbuhkan sikap dan tindakan kemanusiaan untuk saling mengasihi dan menyayangi. Jadi selama ini, ibadah kurban jangan hanya diinterpretasikan dari usaha manusia pada dimensi kesalehan individual yang bersifat transendetal. Melainkan juga, harus diimplementasika dalam sebuah transformasi sosial yang lebih menekankan aspek dimensi kehidupan kesalehan sosial beragama. Berdasarkan asusmsi itulah nilai -nilai universal agama sangat urgen untuk di implementasikan dalam kehidupan umat manusia pada titik inilah agama menjadi bagian penting dari bentuk yg mendasari wajah umat islam sebagai agama Rahmatan lil alamin.

Penulis : Paklik Prasojo kaniraras

No comments:

Post a Comment