Thursday, 31 December 2015

Renungan Malam Menjelang Tahun Baru (2016)_Bersama Paklik prasojo Kaniraras


Renungan malam menjelang tahun baru. Dengan berakhirnya bulan desember sudah dapat dipastikan langsung berganti bulan januari persisnya tgl 31 Desember pukul 00.00, malam itu juga langsung beraalih tanggal 1 januari, ini lah yang disebut perayaan tahun baru, biasanya pesta hura -hura, hiburan digelar dimana - mana, bunyi terompet bersautan, pesta kembang api yang meriah untuk menandai pergantian tahun meluncur ke awang - awang dengan warna-warni nan indah, dari anak - anak, remaja, pemuda, dan orang dewasa semua larut dalam perayaan pergantian tahun malam itu, begitu pula lara pedagang makanan baik yang restoran maupun yang kaki lima seperti warung pecel lele, soto, nasgor, bakso, mie ayam, seafood, dll biasanya semua ikut kelarisan bahkan tidak sedikit pedagang yang rela menututup warungnya hingga subuh, itu terjadi hampir diseluruh kota - kota besar di indonesia.
Yang menjadi pertanyaa paklik prasojo kaniraras kenapa perayaan pergantian tahun atau malam tahun baru masehi yang notabene adalah tahunnya orang - orang non muslim begitu meriah dan penuh hura - hura yg diirayakan oleh masyarakat indonesia baik yang muslim maupun non muslim begitu sangat ramai dan meriah sampe - sampe aparat kepolisian jauh - jauh hari sudah mengantisipasi untuk mengamankan malam tahun baru.

Memang tahun masehi lebih populer yang menurut orang - orang non muslim , tahun baru dimulai dari lahir nya isa al masih itu tidak bisa kita pungkiri lagi karena sudah menjadi pedoman tahun dunia diabad modern ini yang berdasarkan penanggalan peredaran matahari. Berbeda dengan tahun hijriyah yaitu tahun khusus untuk orang islam yang perhitungannya dimulai dari hijrahnya Nabi Muhammad SAW, dari makkah ke madinah dan perhitungan penanggalan yang berdasarkan beredarnya bulan mengelilingi bumi, dan setiap tahunnya pasti selisih 10 hari dengan tahun masehi, cara perayaannya pun berbeda biasanya perayaan tahun baru islam tepatnya 1 muharam / 1 suro diperingati secara khidmat dan khusyu' diisi dengan doa - doa atau shalawat nabi. Ya sudah biarlah tahun apa saja yang jelas itu semua hanya lah untuk menandai suatu kurun waktu yang masing - masing punya bilangan 12 bulan sehingga disebut 1 tahun.
Yang menjadi renungan paklik prasojo kaniraras adalah sudakah kita berfikir atau mengoreksi diri kita dalam mengarungi kehidupan ini sementara waktu terus berlalu merambat, merangkak menuju titik akhir yang pasti kehidupan ini ada batasnya, memang setiap pergantian tahun secara matematika umur kita bertambah tetapi pada hakikatnya usia atau jatah hidup kita semakin berkurang dengan kata lain setiap hari kita beranggsur mendekati ajal. Sementara disisi lain kita setiap hari disibukkan dengan urusan duniawi yang mana hidup dizaman modern sekarang ini kebanyakan orang - orang hanyalah mengejar dan mencari uang dan uang yang banyak, tapi paklik prasojo kaniraras percaya dan berharap kepada segenap anggota CDK semuanya disamping kita sibuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup jangan sampai lupa marilah kita barengi beribadah kepada Allah SWT, sehingga hidup ini bisa berjalan seimbang dunia dapet akhirat slamet itulah harapan kita.
Setelah merayakan pesta tahun baru biasanya tanggal 1 januari banyak yang bangun kesiangan ada pula yang punya agenda plesiran atau wisata ke tempat - tempat yang sudah direncanakan, dan untuk selanjautnya pasti kita menapaki perjalanan hidup diawal tahun yang penuh harapan yang lebih baik lagi daripada tahun kemarin, kadang - kadang kita terlena dan hampir - hampir tak kita sadari bahwa umur kita telah setahun lebih yang kita habiskan ditanah rantauan, bagi yang merantau itu paklik prasojo kaniraras memaklumi karena untuk mencari penghidupan yang lebih baik dalam 1 tahun , paling - paling kita menikmati hidup dikampung halaman hanya seminggu atau dua minggu ketika mudik lebaran saja.
Tetapi kalo boleh memilih hidup ini paklik prasaja kaniraras lebih senang hidup dikampung di desa, suasana desa yang damai, aman, sejuk, aktivitas desa yang alami, pagi -pagi ke sawah pulang sore, lalu maen volley ada waktu santai kita bisa nongkrong diwarung kopi tinggal pilih warung kopi wak kholik, pak tari, warung kopi joko, warung kopi kamil , warung kopi asal - asalan dan warkop yang lainnya, juga  bila ba'da magrib atau isya ada yang mengundang kita slametan atau kenduren lebih mengena dalam segi perut atau religi serta sosialnya . Pokoknya hidup didesa itu lebih santai dan sambil menikmati nikmatnya beribadah, tetapi ya itu pak lik prasojo kaniraras tidak punya uang banyak tidak bisa beli mobil seperti dulur - dulur yang ada dirantauan,  ya biarlah paklik prasojo hidup didesa sambil mengabdi untuk desa walaupun hanya dengan kerjabakti yang penting hidup itu harus ada manfaatnya bagi org lain dan sekitar karena kita sebagai makhluk sosial.
Sementara pak lik prasojo didesa berkawan dengan orang - orang yang setia pada tanah kelahiran seperti, marko_mono, arif uye, baedlowi modin, syuhada, amri palu, rudi wak pake, bawi alexander, rusdi inilah kawan - kawan paklik prasojo yang juga disebut kawan bujang lapuk atau jejaka tua pak lik prasojo sendiri juga heran kenapa kawan - kawan ini seneng hidup membujang dan ada juga jejaka yang sudah agak tua tetapi belum disebut bujang lapuk diantaranya Mulyadi sastro dikempit , solikhin masita, ali kucing, azhar/kastar, irawan rt 6 dan lain - lain tetapi mereka hidup dirantauan padahal sering banyak uztad yang memberi saran cepat - cepat lah menikah sebelum terlambat tetapi bagaimana lagi wong itu sudah menjadi pilihan mereka dan pak lik prasojo selalu berdoa semoga kawan - kawan yang disebut diatas agar cepat mendapat jodoh.
Perlu diingat hidup ini tidak bisa memilih karena sudah digariskan yang Maha kuasa tetapi untuk menjadi baik atau jadi buruk itu adalah pilihan, maka marilah kita berusaha untuk jadi orang yang lebih baik. Demikian sedikit renugan dari paklik prsojo kaniraras ada kurangnya, salah kata mohon maaf yg sebesar - besarnya.

Penulis : Paklik prasojo kaniraras

No comments:

Post a Comment