Friday, 10 February 2017

Larangan-Larangan Bagi Orang Berhadats Bag-1 ( Larangan bagi Orang berhadats kecil )



Mimbar dakwa Cangkr'e Desa kembangan,  masih menjadi media ngaji jarak jauh bersama ustadz Yusron Hasan Bin H. Ah. Mansur , yang mana kali ini ustadz akan menyampaikan kemasan yang berjudul " Larangan-Larangan Bagi Orang Berhadats Bag-1 ( Larangan bagi Orang berhadats kecil ) " .

Monggo ngaos jarak jauh sareng Ustadz Yusron.


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله الرحمن الرحيم

فصل : من انتقض وضوئه حرم عليه أربعة أشياء الصلاة والطواف ومس المصحف وحمله

Artinya :

Barang siapa rusak ( batal ) wudlunya maka diharamkaan baginya melakukan empat perkara yaitu : 1.Sholat 2. Thowaf  3. Menyentuh Mushaf  4.Membawa Mushaf

Keterangan :
Ada Empat perkara yang tidak boleh dilakukan oleh orang yang batal wudlunya (  berhadats kecil ) yaitu :

      1.      Sholat

Baik sholat wajib ataupun sholat sunat karena syarat orang sholat itu harus bersih dari hadats kecil dan hadats besar. 

Dalam salah satu hadits disebutkan :

لايقبل الله صلاة أحدكم حتى يتوضأ
Artinya : Allah tidak akan menerima sholat salah satu dari kalian sehingga berwudlu.

Maksudnya Allah tidak akan menerima sholat yang dilakukan tanpa berwudlu terlebih dahulu.

Termasuk sesuatu yang semakna dengan sholat adalah Khutbah Jum’at, sujud tilawah dan sujud syukur yang juga tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan suci dari hadats.

Untuk orang yang dalam keadaan berhadats kecil tapi ketika dia mau bersuci untuk sholat tidak menemukan ke-dua alat bersuci ( air dan debu ) maka boleh melakukan sholat fardlu untuk menghormati waktu tapi tidak boleh melaksanakan sholat sunat.  Dan bila stelah sholat kemudian menemukan alat bersuci maka harus mengulang sholatnya.

      2.      Thowaf

Merupakan ritual yang dilakukan oleh orang yang sedang beribadah haji atau umroh berupa berputar mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali dimulai dari hajar aswad dan ka’bah harus berada di sebelah kiri, ini juga harus dilakukan dalam keadaan suci dari  hadats kecil dan hadats besar, baik itu thawaf wajib ataupun thawaf sunat.

      3.      Menyentuh Mushaf

Maksudnya adalah menyentuh tulisan ayat-ayat Al-Qur’an yang digunakan untuk tujuan belajar , baik sebagian ayat dari Al-Qur’an semisal Iqro’, An-Nahdliyah dan sebagainya, ataupun keseluruhan ayat seperti mushaf yang biasa kita kenal, baik tulisan tersebut berada di kayu dinding, ataupun yang lain maka saat menyentuhnya harus suci dari hadats.

Bila tulisan ayat Al-Qur’an itu ditulis dengan tujuan tabarruk ( mengharap berkah ) seperti yang terdapat pada kertas, cincin atau liontin dan sebagainya yang digantungkan dikepala atau yang lain, maka tidak diharamkan untuk menyentuhnya selama tulisan tersebut tidak disebut dengan Al-Qur’an.( dalam artian yang ditulis hanya sebagian ayat saja ). Sedangkan bila yang ditulis adalah seluruh ayat Al-Qur’an maka diharamkan menyentuhnya bila berhadats sekalipun bentuknya kecil.

Menurut Imam Ibnu Hajar pengertian dari ditulisnya ayat untuk belajar atau tabarruk itu dinilai dari awal ketika ayat tersebut ditulis oleh penulisnya dan bukan setelah ayat tersebut ditulis, misalkan ada orang menulis ayat Al-Qur’an dalam sebuah liontin dengan tujuan untuk digunakan alat belajar maka menyentuhnya harus dalam keadaan bersuci sekalipun setelah menulis kemudian digunakan sebagai hiasan, tapi bila saat menulisnya tujuannya adalah untuk digunakan sebagai hiasan maka menyentuhnya tidak harus dalam keadaan suci dari hadats.

Imam Nawawi mengatakan dalam Kitab At-Tibyan bahwa keharaman menyentuh Al-Qur’an itu bukan hanya tulisannya saja tetapi juga menyentuh sampul atau kertasnya juga diharamkan bagi orang yang berhadats sekalipun sampul atau kertasnya itu sudah terlepas. dan menurut pendapat yang terpilih juga diharamkan menyentuh koper atau sejenisnya yang di dalamnya terdapat mushaf Al-Qur’an.

      4.      Membawa Mushaf

Mengangkat mushaf, menenteng ataupun sejenisnya baik sekedar memindahnya ataupun untuk dibawa berjalan-jalan kecuali bila mushaf tersebut bercampur dengan benda yang lain  dan saat  mengangkatnya adalah dengan niat membawa benda yang selain Al-Qur’an dan bila niatnya adalah membawa Al-Qur’an maka tidak boleh.

Bila ayat-ayat  Al-Qur’an berkumpul dengan kalimah-kalimah yang lain dan jumlahnya lebih banyak dari pada ayat Al-Qur’an seperti tafsir maka diperbolehkan membawanya sekalipun dalam keadaan berhadats, namun bila jumlah kalimahnya hanya sedikit maka tidak boleh membawanya kecuali dalam keadaan suci dari hadats.

Untuk anak kecil yang sudah tamyiz tetap diperbolehkan membawa dan menyentuh mushaf Al-Qur’an ataupun kertas dan sejenisnya yang ada tulisan ayat al-Qur’an bila tujuannya adalah untuk belajar.

Mushaf Al-Qur’an memang harus dimuliakan sehingga ketika kita sedang duduk kemudian ada seseorang yang datang dengan membawa mushaf Al-Qur’an maka kita disunatkan  untuk berdiri menghormatinya begitu pula ketika ada orang yang hafal Al-Qur’an lewat kita juga disunatkan berdiri menghormatinya.


والله اعلم بالصواب

واالسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Penulis : Yusron Hasan Bin H. Ahmad Mansur
Sumber : 1. كاشفةالسجا  karya  : Syaikh  Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi
       
                2. فتح القريب المجيب    karya : Syaikh Muhammad bin Qosim Al-Ghozi


No comments:

Post a Comment