Friday, 25 November 2016

Sendi-Sendi Keimanan Bag-5 ( Iman kepada Qodlo’ dan Qodar )



Langsung saja , masih di mimbar dakwa cangkru'e desa kembangan bersama ustadz Yusron Hasan Bin H. Ah. Mansur , Pada ngaji jarak jauh kita kali ini ustadz akan membahas kemasan yang berjudul " Sendi-Sendi Keimanan Bag-5 ( Iman kepada Qodlo’ dan Qodar ) ".


Monggo ngaos jarak jauh sareng ustadz Yusron....



السلام عليكم ورحمة الله وبركاته





بسم الله الرحمن الرحيم



6. Iman kepada Qodlo dan Qodar ( Percaya bahwa kebaikan dan keburukan itu sudah ditentukan oleh Allah SWT )


Imam Al-Fasyani mengatakan : arti dari iman kepada Qodar adalah kita harus meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT. telah menentukan kebaikan dan keburukan sebelum menjadikan makhluk, dan sesungguhnya semua yang ada adalah berdasarkan qodlo’ dan qodar Allah SWT. dan Allah SWT yang menghendaki segalanya.



As-Sayyid Abdullah Al- Marghoni mengatakan : Iman terhadap Qodar adalah membenarkan bahwa segala yang ada adalah berdasarkan ketentuan Allah SWT, baik itu keburukan ataupun kebaikan, manfaat ataupun madlorot dan manis ataupun pahit.


Dalam sebuah hadits Rosulullah SAW bersabda: 


لايؤمن عبد بالله حتى يؤمن بالقدر خيره وشره من الله . (رواه الترمذي )




Artinya : Seorang hamba Allah tidak akan disebut beriman kepada Allah SWT sampai dia beriman kepada ketentuan Allah SWT yang baik ataupun buruk. ( HR. Turmudzi ).



Secara Umum yang disebut dengan Qodlo’ adalah : ketentuan Allah SWT pada zaman azali ( sebelum makhluk diciptakan ) contoh : kita yang sekarang ini hidup, maka pada zaman azali semuanya sudah ditentukan apa yang akan terjadi dan apa yang kita alami ketika kita ini hidup. Sedangkan Qodar itu adalah : ketentuan Allah yang sudah terjadi. Contoh : semua yang sekarang ini kita alami dan telah terjadi.



Dalam salah satu riwayat dari Ibni Abdil Barban diterangkan bahwa ketika sudah meninggal dunia ruh Nabi Musa AS. berjumpa dengan ruh Nabi Adam AS di langit , kemudian Nabi Musa AS berdebat dengan Nabi Adam AS. Nabi Musa AS menuduh Nabi Adam AS sebagai penyebab diturunkannya manusia dari sorga ke Bumi ini ( karena memakan buah khuldi ), Nabi Adam AS-pun menjawab “Apakah kau menyalahkanaku karena melakukan sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah SWT sejak Empat Puluh tahun sebelum Aku dilahirkan?” Nabi Musa AS akhirnya terdiam.




Menurut Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim dari Abu Huroiroh menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh nabi Adam AS dengan memakan buah khuldi itu sudah ditentukan oleh Allah SWT sejak empat puluh tahun sebelum Nabi Adam AS diciptakan, sedangkan menurut riwayat Al-Bazzar dan juga Imam Muslim segalanya itu sudah ditentukan sebelum penciptaan Langit dan Bumi.




Dari keterangan di atas sudah jelas bahwa segala yang kita lakukan itu adalah sudah menjadi ketentuan Allah SWT. Namun demikian ada tata kramanya dalam berbicara, bila kita berbuat baik maka nisbatkanlah kepada Allah SWT sedangkan bila kita berbuat jelek maka nisbatkanlah kepada diri kita sendiri. Allah SWT berfirman



ما اصابك من حسنة فمن الله وما اصابك من سيئة فمن نفسك




Artinya ; apapaun yang menimpamu dari semua kebaikan maka itu dari Allah ( dijadikan dan diciptakan oleh Allah ) dan apapun kejelekan yang menimpamu maka dari dirimu sendiri ( dari usahamu dan bukan ciptaanmu ).

Salah satu contoh adab dalam menisbatkan sebuah perbuatan adalah seperti firman allah yang menceritakan tentang pengakuan nabi Ibrahim AS.


والذي هو يطعمني ويسقين واذا مرضت فهو يشفين

Artinya : dan Dialah ( Allah ) yang memberi Aku makan dan minum, dan ketika Aku sakit maka Dia-lah yang menyembuhkan-ku.

Jadi ketika menyatakan tentang pemberian makan dan minum maka dinisbatkan kepada Allah SWT. Sedangkan sakit itu dinisbatkan kepada diri sendiri ( dengan mengatakan ketika Aku sakit bukan ketika Allah memberi Aku sakit ), sekalipun sebenarnya semua adalah dari Allah SWT.


Mungkin kita bertanya ; bila semua sudah ditentukan oleh Allah SWT mengapa kita berusaha ? ,maka jawabannya adalah karena ketentuan Allah SWT itu tidak ada yang tahu dan usaha yang kita lakukan adalah untuk menyesuaikan apa yang ditentukan oleh Allah SWT untuk kita.bila usaha dan keinginan kita sesuai dengan apa yang dihendaki ditentukan oleh Allah SWT maka usaha kita akan diberi keberhasilan sedangkan bila usaha dan keinginan kita tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki dan ditentukan oleh Allah maka usaha kita akan mengalami kegagalan.

والله اعلم بالصواب

والسلام عليكم ورحمة الله وبركته

Bila ingin melihat keterangan lebih lanjut tentang taqdir silahkan lihat kembali di : Klik Disini

Penulis : Yusron Hasan bin H. Ahmad Mansur
Sumber : كاشفة السجا dan فتح المجيد karya : Asy-Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi

No comments:

Post a Comment