Saturday, 12 September 2015

Impian Pemuda Dan Gambaran Desa Kembangan Di Tahun 70-an _ Episode 3



Masih di cerita desa kembangan jaman dulu , desa kembangan di kala itu masih termasuk desa yang sangat tertinggal, namun didalam ketertinggalannya desa kembangan memiliki wajah yang masih terlihat alami. Semua penampakan diseting sama , memberi pesan keguyupan. Bahkan pager rumah di buat seragam seakan ingin menggambarkan kesamaan antara si kaya dan si miskin.

Pagar yang dibuat seragam yaitu  pager  jaro atau dikenal pada jaman dulu dengan sebutan pager timun. Tidak hanya didepan rumah warga yang dipager jaro , bahkan skeliling desa pun di dirikan jaro yang sama bahan dasar dari bambu.. Pager yang berdiri memanjang dipinggir desa itu di sebut pager kikis. Pager kikis dalam pengerjaanya yang di buat secara kerja bakti sehingga keguyupan nampak lagi disana.

Desa Kembangan jaman dulu , Masih dalam pemerintahan petinggi Maskun. jalanan pun masih berupa tanah biasa "bletrok dan jembrot", seperti tak layak untuk dilewati. Barulah ditahun 1975 jalan protokol  desa kembangan mulai dipasang bebatuan (batu rengel) yang ditata rapih. Pemasangan batu itu pun baru separuh jalan hanya sampai sebelah timur majid. Kemudian tahun berikutnya penataan batu di lanjutkan sampai embong etan.

Pada tahun 1976 jalanan berbatu mulai dilapisi dengan katel (watu puteh) , pelapisan jalan dengan katel pun dikerjakan secara gutong royong . Kerja bakti di bagi secara kelompok RT antara pagi dan sore hari. Kerja bakti yang meminjam dari bahasa asing "stone" yang berarti batu. Menjadi kegiatan menata batu . Karena sudah biasa di setiap kerja bakti masyarakat menyebut stone menjadi seton. Hingga saat ini jika masyarakat bicara kerjabakti, walau di segala bidang masih saja menyebutnya seton baik berhubungan dengan batu ataupun tidak sama sekali , misal kedok kali sawah , kedok peceren dan lain -lain masih saja disebut seton.

Pada masa itu perekonomian warga desa kembangan sangat rendah ,. Karena belum banyak warga yang merantau ,. Yang dalam hidupnya masih mengandalkan pertanian. Pada masa – masa itu hasil pertanian pun belum bisa diandalkan untuk bertahan hidup, karena dalam jangka waktu satu tahun hanya menghasilkan panen satu kali saja. Sebab padi yang di tanam pun belum banyak jenisnya.  hanya 2 jenis saja yang khusus bibit padi yaitu jenis kretek dan bronjong. Kretek khusus ditanam di sawah , dan memiliki masa panen butuh tujuh bulan baru panen , sedangkan padi bronjong yang khusus ditanam di rawah yang masa panennya delapan bulan.

Ditahun – tahun itulah desa kembangan bisa dibilang  mengalami masa – masa paceklik ( susah pangan) karena petani hanya mengandalkan panen dari hasil tanam padi dan jagung. Sehingga tidak heran lagi masyarkat desa kembangan hanya makan nasi jagung. Itupun karena hasil padi yang tidak seberapa sehingga beras hanya menjadi campuran nasi jagung. Bahkan Perbandingannya bagi warga miskin 100;1 ,campuran antara jagung dan padi.., ada pula nasi jagung  yang di campur dengan srawutan singkong .

Warga desa kembangan dapat merasakan nasi putih murni bisa dibilang hanya satu bulan sekali , yaitu ketika jatuh pada hari juma’at wage (jemua wage) atau jemua wareg. Istilah jemua wareg adalah dipopulerkan oleh Almarhum saroni  RT 1, Adiknya bapak Muliono. Kala itu Almarhum saroni saking girangnya ketika datang jemua wage. Dijalan pulang dari sekolah ,  waktu itu masih duduk di kelas 5 Madrasah Ibtida’iya (MI) ,. Dengan nada polosnya menyorakkan lagu .“ jemua wareg , jemua wareg ,  he he jemua wareg  he he”.  Diulang beberapa kali kali sampai rumah. Hingga saat ini masih dikenal dengan jemua wareg .

Sedikit cerita tentang jumat wage atau jemua wareg, sebenarnya jemua wareg itu sudah ada sejak jaman dulu,. Peninggalan agama hindu yang di sebut kendurian. Setelah islam memasyarakat, kendurian dikemas secara islami yang di isi doa - doa yang ditujukan kepada keluarga yang dialam kubur. Dari sisi sosial kemasyarakatan untuk jemua wage menjalin persaudaraan antar kelompok jemua wage ,. Karena kegiatan serentak itu bisa saling tukar – menukar masakan . jaman dulu jemua wage selalu menggunakan tumpeng nasi. Dan berkatanya pun masih murni di bungkus dengan daun pisang.

Setiap jumat wage di desa kembangan, rumah - rumah warga tampak terang benerang karena rata – rata depan rumah menyalakan lampu petromak atau strongking. Itulah istimewahnya di malam hari jumat wage terasa meriah ,. Seakan menjadi hari khusus untuk bersuka cita bagi warga yang di awali dengan selametan.

Penulis berpesan , setelah kita membaca tulisan diatas kita bisa mencari hikmah ,. Kita harus Mensyukuri  murahnya rizki di jaman sekarang, sehingga khususnya bagi warga desa kembangan tidak ada lagi yang kelaparan.

Bersambung lagi coy ,., Dan nantikan Gambaran desa kembangan tempo dulu hanya di Cangkru'e Desa Kembangan (CDK)!!!!

Baca cerita sebelumya disini

Dirilis  : Oleh Admin Cangkru'e Desa Kembangan
Penulis : Pak lek Prasojo Kaniraras
Sumber : Pak lek Prasojo Kaniraras dan Pakdhe Guno

No comments:

Post a Comment