Friday 24 April 2015

Semua Yang Terjadi Adalah kehendak Allah SWT.


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Sebelumnya mohon maaf untuk semua teman - teman yang ada di grup ini "Cangkruk'e Desa Kembangan", sebenarnya komitmen awal saya adalah tidak ingin membahas hal yang berhubungan dengan aqidah terlalu dalam khususnya tentang taqdir , namun karena salah satu teman kita yaitu saudara Subawi menanyakannya maka agar tidak terjadi kesalah pahaman tentang takdir disini akan saya sampaikan sesuai dengan apa yang saya ketahui , semoga Allah SWT , meridloi apa yang saya lakukan dan mengampuni segala kesalahan , Amiiin

Allah SWT , Berfirman dalam Al-Quran surat At Taubah ayat 51

قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ

Artinya : Katakanlah " Sekali - sekali tidak akan menimpa kami kecuali apa yang telah ditentukan oleh Allah untuk kami , Dia adalah pelindung kami, dan hanya kepada Allah lah orang - orang beriman berserah diri ".

Dari ayat diatas bisa diambil sebuah pelajaran sebagaimana yang diterangkan dalam tafsir ibnu kasir, bahwa manusia itu ada dalam kehendak Allah dan kekuasaan-Nya, jadi apapun yang terjadi baik itu perkara baik ataupun perkara buruk , semuanya adalah kehendak Allah atau yang biasa kita kenal dengan istilah taqdir Allah SWT.

Dalam beberapa kitab tauhid antara lain , Kifayatul Awam karya Syaikh Muhammad Al Fadloli , Tijanuddarori karya Imam Nawai, Abdurrul Farid karya Imam An Nahrowi, Ummul Barohin karya Imam Sayyid Muhammad As Sanusi dll. Dalam bab sifat irodah (Berkehendak) dan Qudroh (Berkuasa) diterangkan bahwa : tidak akan terjadi apapun kecuali atas kehendak dan kekuasaan Allah SWT , jadi bila ada orang memeluk Islam , kafir , atau pun juga aliran - aliran yang lain semua itu adalah sudah ditentukan oleh Allah SWT.

Didalam salah satu riwayat Rosulullah SAW, pernah menangisi kematian pamannya yang bernama Abu Tholib karena meninggal dunia dalam keadaan kafir padahal Rosulullah SAW sudah berusaha untuk mengajak pamannya untuk beriman kepada Allah SWT  tetapi mengalami kegagalan , kemudian Allah SWT, menurunkan surat Al Qoshosh ayat 56 :

إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُوَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Artinya : Sesungguhnya Engkau (Muhammad) tidak bisa memberi petunjuk kepada orang yang kamu sayangi tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dia kehendaki, dan Allah maha mengetahui orang - orang yang mau menerima petunjuk.

Dari ayat tersebut bisa diambil pelajaran bahwa sekuat apapun usaha manusia untuk menunjukkan kebaikkan kepada orang lain bila Allah SWT , tidak menghendaki maka usaha tersebut tidak akan berhasil, begitu pula sebaliknya sekuat apapun usaha manusia dan juga makhluk yang lainnya untuk menyesatkan seseorang, selama Allah SWT tidak mengendaki maka usahanya juga tidak akan berhasil, Allah SWT berfirman dalam surat AL Isro' ayat 97 yang berbunyi : 

وَمَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِهِ

 Artinnya : Dan barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka dialah orang yang mendapatkan petunjuk , dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah maka sekali -kali kamu tidak akan menemukan penolong bagi mereka selain-Nya.

Dan masih banyak lagi ayat - ayat Al - Quran yang berhubungan dengan taqdir Allah SWT , semoga kita termasuk golongan orang - orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah SWT , Amiiin ya Robbal Alamin.

Di sini kemudian timbul pertanyaan antara lain :
  1. Apakah orang mencuri itu juga kehendak Allah SWT ?
  2. Apakah bila orang itu ketika ditqdirkan kaya kemudian dia tidak bekerja maka dia bisa kaya dan apakah bila orang itu di  taqdirkan pandai kemudia dia tidak pernah belajar maka dia bisa pandai. ?
  3. Bila semua ditentukan oleh Allah SWT , mengapa kita harus bekerja dan berusaha ?
  4. Apakah taqdir bisa berubah?
 Jawabannya adalah :

1. Apakah orang mencuri itu juga kehendak Allah SWT ?

Memang benar semua yang terjadi adalah atas kehendak Allah SWT , termasuk orang mencuri , namun dalam kitab Tuhfathul Murid karya Syaikh Ibrohim Al Baijuri diterangkan bahwa dalam mengatakan tentang taqdir itu ada adabnya : bila perkara yang terjadi itu adalah kebaikan maka nisbatkanlah kepada Allah SWT, dan bila perkara yang terjadi itu adalah kejelekan maka nisbatkanlah kepada diri kita sendiri sebagaimana firman Allah SWT . dalam surat An Nisa' ayat 78 yang berbunyi :

 مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ 

Artinya : Apa saja nikmat yang menimpamu maka itu berasal dari Allah , dan apa saja bencana yang menimpamu itu adalah karena kesalahanmu sendiri.

Karena itu jangan sekali - kali kita melakukan keburukan dengan alasan ini adalah taqdir sebab nanti akan semakin ruwet urusannya , coba bayangkan bila ada pak polisi mau menangkap pencuri kemudian pencurinya mengatakan  " ini sudah taqdir pak polisi saya mencuri ". dan juga ada pelanggar lalu lintas ketika ditangkap maka dia mengatakan " ini adalah sudah taqdir kalau aku melanggar lalu lintas " , kalau sampai itu terjadi maka jangan salahkan polisi bila semua penjahat langsung di brondong peluru dengan alasan semua adalah ditaqdirkan oleh Allah SWT.

2. Apakah bila orang itu ketika ditqdirkan kaya kemudian dia tidak bekerja maka dia bisa kaya dan apakah bila orang itu di  taqdirkan pandai kemudia dia tidak pernah belajar maka dia bisa pandai. ?

Secara haqiqot semua yang ditentukan oleh Allah itu pasti terjadi , termasuk ketentuan tentang kaya dan pandai , itu juga pasti akan terjadi sekalipun kita tidak bekerja atau pun belajar , karena dalam menjadikan apapun Allah SWT , tidak butuh sebab dan perantara .

Namun dalam sebuah cerita tentang Syaikh Abdul Qodir Jailani, diceritakan ada seorang pedagang yang akan berniaga , sebelum berniaga dia meminta izin kepada Guru dari Syaik Abdul Qodir Jailani yaitu Syikh Hammad , oleh Syaikh Hammad pedagang tersebut dilarang berangkat berniaga karena dalam pandangan bathin Syaihk Hammad pedagang tersebut akan dibegal bila berangkat berdagang , kemudian pedagang tersebut meminta izin kepada Syaikh Abdul Qodir Jailani , dan ternyata Syaikh Abdul Qodir Jailani mempersilahkan pedagang tersebut untuk berangkat berdagang , kemudian Syaikh Abdul Qodir Jailani mendoakan semoga pedagang tersebut selamat, setelah tiba waktunya pedagang tersebut  pun berangkat berdagang dan ternyata diapun tidak dibegal tetapi dia selamat di perjalanan, bahkan mendapatkan keuntungan yang melimpah , namun ketika diperjalanan saat pedagang tersebut lelah kemudian dia beristirahat dia pun tertidur dan dalam tidurnya dia bermimpi di begal.

Dari sini bisa kita simpulkan bahwa bila orang itu ditaqdirkan kaya tetapi tidak bekerja maka dia tetap akan kaya , begitu pula orang yang ditaqdirkan  pandai tetapi tidak pernah belajar maka dia tetap akan menjadi orang pandai , namun perlu diingat bahwa kaya dan pandainya itu hanya ada dalam mimpi tapi dalam alam nyata dia miskin dan bodoh, dan antara yang terjadi di dalam mimpi manusia dan yang terjadi dalam alam nyata adalah sama menurut Allah SWT, karena Allah tidak dilalui oleh tempat dan waktu.

3. Bila semua ditentukan oleh Allah SWT , mengapa kita harus bekerja dan berusaha ?

Tidak satupun manusia yang mengetahui akan taqdirnya , sekalipun semua itu sudah ditentukan oleh Allah SWT , sejak jaman azali sebelum manusia itu diciptakan . Dalam hadist Arbain Nawawi diterangkan bahwa penentuan manusia itu akan menjadi orang mukmin atau kafir , jadi orang beruntung atau kah orang celaka , jadi orang kaya ataupun orang miskin itu semua sudah ditentukan ketika janin masih dalam kandungan ketika berusia kurang lebih empat bulan , nah karena kita tidak tahu bagaimana nasib kita , apakah jadi orang miskin atau kah kaya maka kita bekerja dengan harapan semoga mendapat anugerah dari Allah SWT , bila Allah memang  menghendaki kita kaya maka usaha kita akan diberi keberhasilan oleh Allah , dan bila kita memang ditaqdirkan untuk menjadi orang miskin maka usaha kita mungkin gagal tapi semua harus kita terima dengan lapang dada, karena manusia sekedar ikhtiar dan Allah lah yang menentukan.

4. Apakah taqdir bisa berubah?

Secara hakekatnya memang takdir tidak bisa dirubah tetapi secara syariat bisa dirubah.

Demikian apa yang bisa saya sampaikan , apabila ada benarnya semoga Allah SWT meridhoi dan bila ada kesalahan semoga Allah SWT mengampuni , amin. Sebelum saya akhiri saya mohon kepada teman - teman tolong sebisa mungkin jangan menanyakan tentang Tauhid atau Aqidah dalam grop ini , karena bukan pada tempatnya , sebab pembahasan Aqidah itu butuh penalaran yang mendalam yang hanya bisa dilakukan dalam majlisul ilmi , dan bila ingin tanya tentang Aqidah atau Tauhid bertanyalah kepada orang secara langsung biar penjelasannya bisa lebih terperinci dan mendalam . Terimakasih .

وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Penulis  : Yusron Hasan Bin H. Ah. Mansur

Sumber :
  1. Mushaf Al-Qur'an
  2. Hadits Al Arba'in Nawawi
  3. Beberapa kitab Tauhid Karya Ulama Salaf
  4. Al Lujainud Dani karya Ja'far bin Husain bin Abd. Karim Al Barzanji.

No comments:

Post a Comment